Erdogan Sebut Cara AS Kejam saat Tangani Aksi Bela Palestina di Kampus-Kampus

Erdogan Sebut Cara AS Kejam saat Tangani Aksi Bela Palestina di Kampus-Kampus

Berita Utama | inews | Jum'at, 3 Mei 2024 - 04:30
share

ANKARA, iNews.id – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik cara AS menangani demonstrasi anti-Israel yang kini menjalar di kampus-kampus top Amerika. Menurut dia, pihak berwenang negeri Pamana Sam menunjukkan kekejaman dalam menindak para mahasiswa pendukung Palestina.

Demonstrasi telah menyebar luas di kampus-kampus di seluruh Amerika Serikat sehubungan dengan tindakan brutal Israel dalam perang di Gaza. Aksi unjuk rasa para mahasiswa itu memicu tindakan keras dari aparat kepolisian. Ratusan mahasiswa pun ditangkap di beberapa tempat, termasuk Universitas Columbia di New York yang menjadi titik mula gerakan protes tersebut.

“Para mahasiswa dan akademisi, termasuk Yahudi anti-Zionis di beberapa universitas bergengsi Amerika, memprotes pembantaian tersebut (di Gaza),” kata Erdogan dalam sebuah acara di Ankara, Kamis (2/5/2024).

“(Tapi) orang-orang ini malah menjadi sasaran kekerasan, kekejaman, penderitaan, dan bahkan penyiksaan karena mengatakan bahwa pembantaian ini harus dihentikan,” ujar presiden Turkit itu. 

Dia juga mengatakan, tak sedikit staf universitas dipecat dan dihinakan hanya karena mereka mendukung Palestina.

Turki adalah sekutu Amerika Serikat di NATO. Akan tetapi, Ankara kerap berbeda pandangan dengan Washington DC dalam berbagai urusan. Salah satunya soal konflik Timur Tengah, di mana Turki dengan tajam mengkritik serangan Israel di Gaza. Menurut Turki, Israel mendapat dukungan tanpa syarat dari negara-negara Barat, termasuk AS, untuk membantai rakyat Palestina.

AS adalah pemasok utama senjata ke Israel. Negara adidaya itu sudah berulang kali pasang badan demi melindungi negara zionis tersebut dalam berbagai pemungutan suara penting di PBB.

“Batasan demokrasi Barat ditentukan oleh kepentingan Israel. Apa pun yang melanggar kepentingan Israel akan mereka anggap sebagai antidemokrasi dan antisemit,” kata Erdogan. 

Perang di Jalur Gaza meletus setelah kelompok pejuang Hamas melancarkan serangan terhadap Israel Selatan pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 orang, terdiri atas anggota militer dan warga sipil. 

Serangan balasan Israel terhadap Hamas yang dimulai pada hari yang sama telah menewaskan sedikitnya 34.568 warga sipil Palestina di Gaza hingga hari ini. Sebagian besar dari korban yang gugur itu adalah perempuan dan anak-anak.

Topik Menarik