Polisi New York Serbu Kampus Universitas Columbia, Tangkap Puluhan Pendemo Pro Palestina

Polisi New York Serbu Kampus Universitas Columbia, Tangkap Puluhan Pendemo Pro Palestina

Berita Utama | inews | Rabu, 1 Mei 2024 - 12:42
share

NEW YORK, iNews.id – Polisi Kota New York menggerebek Universitas Columbia pada Selasa (30/4/2024) malam waktu setempat untuk menangkapi puluhan demonstran pro Palestina. Aparat pun berusaha membubarkan tenda-tenda yang didirikan para pendemo di salah satu kampus paling elite di AS itu selama hampir dua pekan terakhir.

Reuters melansir, beberapa di antara demonstran dilaporkan telah merebut sebuah gedung akademik di kampus tersebut. Tak lama setelah polisi bergerak, Rektor Universitas Columbia Minouche Shafik mengeluarkan surat yang meminta polisi tetap berada di kampus itu setidaknya hingga 17 Mei, atau dua hari setelah upacara kelulusan. 

“Demi menjaga ketertiban dan memastikan bahwa perkemahan tidak dibangun kembali (oleh pendemo),” bunyi surat dari sang rektor.

Dalam waktu tiga jam kampus tersebut telah dibersihkan dari pengunjuk rasa. Seorang juru bicara polisi mengatakan, ada puluhan orang yang ditangkap dalam penggerebekan malam itu.

Tayangan di televisi pada awal penggerebekan menunjukkan sekitar pukul 21.00 waktu Amerika Serikat (Rabu 1/5/2024 pukul 08.00 WIB). Tampak kerumunan polisi mengenakan helm berbaris menuju kampus elite yang terletak di kawasan Manhattan itu. Di sanalah fokus demonstrasi mahasiswa anti-Israel pada mulanya berlangsung dua pekan lalu, hingga akhirnya menjalar ke puluhan kampus lainnya di seluruh AS dalam beberapa hari terakhir. Para aktivis di kampus-kampus itu satu suara untuk menyatakan penolakan mereka terhadap perang Israel di Gaza.

Segera setelah itu, sejumlah besar petugas masuk ke Hamilton Hall, sebuah gedung akademik yang dibobol dan diduduki para pengunjuk rasa sejak Selasa dini hari waktu AS. Polisi masuk melalui jendela lantai dua, menggunakan kendaraan polisi yang dilengkapi tangga.

Para mahasiswa yang berdiri di luar gedung itu mencemooh polisi dengan teriakan “Memalukan! Memalukan!”

Polisi terlihat memasukkan puluhan tahanan ke dalam sebuah bus. Masing-masing tangan mereka diikat ke belakang dengan tali zip. Seluruh lokasi kejadian diterangi oleh lampu kendaraan polisi yang menyala merah dan biru.

“Bebaskan, bebaskan, bebaskan Palestina!” teriak pengunjuk rasa di luar gedung. Sementara yang lainnya berteriak, “Lepaskan para mahasiswa! Biarkan mereka pergi!”

“(Universitas) Columbia akan bangga dengan para mahasiswa ini dalam lima tahun ke depan,” kata Sweda Polat, salah satu aktivis Columbia University Apartheid Divest, koalisi kelompok mahasiswa yang menyelenggarakan aksi protes tersebut.

Dia mengatakan, para mahasiswa yang berdemo sama sekali tidak menimbulkan bahaya di kampus itu. Karenanya, dia meminta polisi untuk mundur.

Tuntutan para pendemo

Para pengunjuk rasa menyuarakan tiga tuntutannya kepada Universitas Columbia. Yang pertama adalah divestasi atau pelepasan saham dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Pemerintah Israel. Berikutnya, mereka meminta adanya transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan keuangan universitas. Sementara tuntutan yang ketiga yaitu meminta pihak kampus memberikan amnesti (pengampunan) bagi mahasiswa dan dosen yang terkena hukuman disiplin akibat aksi unjuk rasa tersebut.

Sebelumnya, Shafik mengatakan, kampus yang dia pimpin tidak akan melakukan divestasi keuangan di Israel. Sebaliknya, dia menawarkan investasi di bidang kesehatan dan pendidikan di Gaza dan menjadikan investasi langsung Universitas Columbia lebih transparan.

Dalam suratnya yang dirilis pada Selasa, Shafik mengatakan para pengunjuk rasa yang menduduki Hamilton Hall telah merusak properti universitas dan melakukan pelanggaran. Dia juga menyebut para pengunjuk rasa di perkemahan harus dihentikan karena melakukan pelanggaran. Pihak universitas telah memperingatkan bahwa mahasiswa yang mengambil bagian dalam aksi pendudukan Hamilton Hall akan dikeluarkan dari perguruan tinggi itu.

Aksi menduduki gedung kampus itu dimulai pada Senin malam, ketika para pengunjuk rasa memecahkan jendela dan menyerbu masuk. Mereka lalu membentangkan spanduk bertuliskan “Hind’s Hall” yang mendeklarasikan bahwa mereka mengganti nama gedung tersebut untuk seorang anak Palestina berusia 6 tahun yang dibunuh di Gaza oleh militer Israel.

Bangunan neo-klasik delapan lantai itu telah menjadi pusat berbagai aktivitas mahasiswa sejak dekade 1960-an.

Pada konferensi pers yang diadakan beberapa jam sebelum polisi menggerebek kampus, Wali Kota New York, Eric Adams, dan pejabat polisi di kota itu menuduh adanya pihak luar yang menghasut demonstran untuk mengambilalih Hamilton Hall. Dia pun mengklaim pelaku penghasutan itu telah diidentifikasi oleh aparat penegak hukum karena memprovokasi pelanggaran hukum.

Polisi mengatakan mereka mendasarkan kesimpulan mereka pada peningkatan taktik pendudukan, termasuk vandalisme, penggunaan barikade untuk memblokir pintu masuk dan penghancuran kamera keamanan.

Salah satu pemimpin mahasiswa yang melakukan protes, Mahmoud Khalil, seorang sarjana Palestina yang bersekolah di Sekolah Hubungan Internasional dan Masyarakat Columbia, membantah pernyataan bahwa pendudukan itu dipimpin oleh pihak luar.

Para profesor mengecam

Sementara Asosiasi Profesor Universitas Amerika Cabang Universitas Columbia mengkritik keterlibatan aparat kepolisian di kampus itu. Menurut mereka, tindakan semacam itu dapat membahayakan seluruh komunitas akademis di sana.

“Kehadiran NYPD (Polisi New York) di lingkungan kita membahayakan seluruh komunitas kita. Polisi bersenjata yang memasuki kampus kita menempatkan mahasiswa dan semua orang di kampus dalam risiko,” kata asosiasi itu dalam pernyataannya. 

“Kami menganggap pimpinan Universitas bertanggung jawab atas kesalahan penilaian yang menyebabkan kita sampai pada titik ini. Rektor Universitas, staf seniornya, dan Dewan Pengawas akan bertanggung jawab atas segala cedera yang mungkin terjadi selama tindakan polisi di kampus kami,” bunyi rilis itu lagi.

Sejumlah demonstrasi pro Palestina muncul di kampus-kampus AS dalam beberapa hari terakhir. Mereka menyuarakan perlawanan atas dukungan militer, keuangan, dan diplomatik AS terhadap operasi Israel di Gaza—yang telah menyebabkan kematian lebih dari 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 77.000 orang lainnya.

Menurut media AS, lebih dari 900 orang, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan juga pihak lain, telah ditangkap di berbagai kampus universitas dan perguruan tinggi di AS dalam gelombang aksi protes itu. Beberapa mahasiswa telah diskors dari sekolah tempat mereka kuliah.

Topik Menarik