Gawat! Israel Bersiap Perang Habis-habisan Lawan Hizbullah Lebanon

Gawat! Israel Bersiap Perang Habis-habisan Lawan Hizbullah Lebanon

Berita Utama | inews | Selasa, 30 April 2024 - 14:50
share

TEL AVIV, iNews.id - Israel bersiap menghadapi front baru pertempuran, yakni di perbatasan dengan Lebanon melawan kelompok Hizbullah. Ini mengingatkan kepada perang kedua negara pada 2006 meski hanya berlangsung selama sebulan.

Gempuran para pejuang Hizbullah ke wilayah Israel semakin gencar beberapa pekan terakhir. Hal yang sama terjadi sebaliknya, Israel menggempur wilayah-wilayah Lebanon, bahkan lebih ke dalam jauh dari perbatasan.

Eli Harel, seorang veteran warga Haifa, kota di Israel dekat perbatasan dengan Lebanon, mengatakan dirinya siap bergabung lagi dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Pria yang kini berusia 50 tahun itu dikirim ke Lebanon pada 2006 saat perang berlangsung.

Harel mengatakan pasukan Israel akan menghadapi pertempuran paling menantang yang bisa dibayangkan, selain menghadapi Hamas di Jalur Gaza, Palestina.

Ada jebakan di mana-mana. Orang-orang bermunculan dari terowongan. Anda harus selalu waspada jika tidak, Anda akan mati, katanya, dikutip dari Reuters, Selasa (30/4/2024).

Kota Haifa berada dalam jangkauan tembakan Hizbullah, memaksa warganya untuk terus waspada.

Wali Kota Haifa baru-baru ini bahkan mendesak warganya untuk menimbun makanan dan obat-obatan karena meningkatnya risiko perang habis-habisan.

Israel dan Hizbullah sejak 6 bulan terakhir terlibat serangan lintas batas setiap hari. Hizbullah menyerang Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza. Bahkan Hizbullah menggunakan senjata-senjatra tercanggihnya dalam menyerang wilayah Israel.

Kelompok yang didukung Iran itu diketahui telah mengumpulkan persenjataan sejak perang pada 2006.

Seperti Hamas, Hizbullah memiliki jaringan terowongan yang panjang sebagai jalur perjalanan para pejuang serta transfer senjata.

Warga Israel dan Lebanon Dievakuasi

Sekitar 60.000 warga Israel yang tinggal dekat perbatasan dengan Lebanon harus meninggalkan rumah mereka dalam evakuasi massal pertama. Tak jelas kapan mereka diperbolehkan kembali.

Kondisi ini mendorong meningkatnya seruan di Israel untuk melakukan tindakan militer lebih tegas terhadap Hizbullah.

Eyal Hulata, mantan penasihat keamanan nasional Israel, mengatakan pemerintah harus menetapkan tanggal pasti dalam beberapa bulan ke depan kapan warga boleh pulang. Ini berarti IDF harus membuat Hizbullah menghentikan serangannya dengan menghadapi perang habis-habisan.

"Warga Israel tidak boleh terasing di negara mereka sendiri. Ini tidak boleh terjadi. Ini adalah tanggung jawab IDF untuk membela warga sipil. Ini merupakan kegagalan yang pernah kita lakukan pada 7 Oktober," katanya, mengacu pada serangan Hamas ke Israel.

Namun pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bertekad, warga di Israel utara tidak akan kembali ke rumah mereka.

Kondisi yang sama juga terjadi di Lebanon, sekitar 90.000 orang terpaksa mengungsi akibat serangan Israel.

Jika perang besar terjadi, Israel mungkin akan mengebom sasaran-sasaran di Lebanon selatan. Setelah itu tentaranya akan menerobos setidaknya 10 km dari perbatasan. Sementara itu Hizbullah kemungkinan akan menghujani wilayah Israel dengan lebih dari 150.000 roket yang bisa menjangkau kota-kota Israel lebih dalam.

Saat perang pada 2006, Hizbullah menembakkan sekitar 4.000 rudal ke Israel.

Topik Menarik