Cerita Jaelani Tetap Kerja Keras Nafkahi Keluarga di Tengah Keterbatasa Fisik

Cerita Jaelani Tetap Kerja Keras Nafkahi Keluarga di Tengah Keterbatasa Fisik

Terkini | inews | Senin, 29 April 2024 - 01:00
share

JAKARTA, iNews.id - Jaelani (38) menunjukkan ketabahan luar biasa dalam menghadapi tantangan hidup meski mengalami keterbatasan fisik. Meskipun berjuang dengan kondisi yang tidak mudah, Jaelani tidak pernah kehilangan semangat untuk bekerja sebagai penyortir barang asongan demi menafkahi keluarga.

Jaelani menjalani hari-harinya di lapak barang bekas di dekat Tempat Pemakaman Umum (TPU) Malaka, Rawadas, kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Meski mengalami disabilitas pada kaki dan tangan kanannya, hal itu tidak menghalangi tekadnya untuk terus berjuang.

"Saya tidak gentar walau kondisi fisik saya membatasi. Semangat untuk bekerja tetap ada," kata Jaelani saat ditemui di lokasi pada Minggu (28/4/2024).

Jaelani, tetap semangat berkerja di tengah keterbatasan  (Foto: M Farhan)
Jaelani, tetap semangat berkerja di tengah keterbatasan (Foto: M Farhan)

Hidupnya sebagai penyortir barang bekas dimulai sejak puluhan tahun lalu, ketika ia masih muda dan datang ke Jakarta bersama ibunya dari Cepu, Blora, Jawa Tengah. Kondisi disabilitasnya sudah ada sejak kecil, namun ia terus berusaha mengatasi hambatan tersebut.

Awalnya, Jaelani hanya menyortir sandal bekas dan kemudian berkembang menjadi pekerjaan yang lebih luas. Meski mengalami gejala stroke tiga tahun lalu, semangatnya untuk bekerja tidak pernah luntur.

"Modal saya cuma satu, semangat. Pokoknya harus bekerja, tidak ada yang lain. Justru semakin banyak bekerja, badan saya semakin segar," ujar Jaelani.

Meskipun menghadapi keterbatasan fisik dan gejala stroke, Jaelani tetap memilih untuk tetap aktif. Baginya, bergerak dan bekerja adalah kunci agar tubuhnya tetap bugar.

Di samping pekerjaannya sebagai penyortir barang bekas, Jaelani juga berbagi cerita tentang kehidupan keluarganya. Meskipun saat ini sedang berada di Jakarta tanpa didampingi oleh istrinya yang sedang pulang kampung, Jaelani merasa bersyukur atas segala hal yang diberikan Tuhan.

"Saya bersyukur bisa menikmati pekerjaan ini meski kadang harus sendirian. Yang penting, saya bekerja dengan tulus dan ikhlas," ujarnya.

Meski penghasilannya dari pekerjaan ini bervariasi tergantung pada musim, Jaelani tetap optimis dan berharap bisa menabung untuk masa depannya. Cita-citanya sederhana, yakni memiliki rumah sendiri di tanah rantauan.

"Saya yakin dengan terus berusaha dan berserah diri kepada Tuhan, masa depan yang lebih baik pasti akan datang," ujarnya.

Topik Menarik