Ekonom Nilai Keputusan BI Naikkan Suku Bunga gegara The Fed hingga Konflik Timur-Tengah

Ekonom Nilai Keputusan BI Naikkan Suku Bunga gegara The Fed hingga Konflik Timur-Tengah

Ekonomi | inews | Kamis, 25 April 2024 - 13:40
share

JAKARTA, iNews.id - Ekonom Josua Pardede merespons keputusan Bank Indonesia yang menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility naik menjadi 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility naik menjadi 7 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024.

"Kami melihat keputusan BI untuk menaikkan BI-rate bulan ini lebih didorong oleh faktor eksternal, yang saat ini penuh dengan ketidakpastian, dibandingkan dengan kondisi domestik," tutur dia ketika dihubungi iNews.id, Kamis (25/4/2024).

Menurutnya, kondisi ekonomi global yang masih belum menentu, seperti penguatan ekonomi AS yang meningkatkan risiko skenario 'higher-for-longer' di mana saat ini pasar menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed dari Jun-24 menjadi Sep-24.

Kemudian, hal itu juga dipengaruhi ketidakpastian yang masih berlangsung terkait kondisi geopolitik di Timur Tengah yang memicu risiko kenaikan harga minyak dunia. Kondisi ini membuat BI melakukan langkah antisipatif di luar intervensi di pasar valuta asing untuk memperkuat kendali atas stabilitas rupiah. 

"Oleh karena itu, kami melihat keputusan untuk menaikkan BI-rate di bulan April-24 terutama ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memitigasi risiko imported inflation dan mengurangi arus keluar modal dari pasar portofolio," ujar Josua.

Josua menilai, ke depan, arah kebijakan moneter BI terkait suku bunga kebijakan akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, terutama di AS dan Timur Tengah. 

Sebelumnya, BI menyatakan bahwa keputusan untuk memangkas BI-rate tidak akan bergantung pada keputusan The Fed terkait suku bunga kebijakannya. Namun, pada pertemuan 24 April, tone pernyataan BI tampaknya telah berubah. 

"Kami mengantisipasi bahwa arah pergerakan BI-rate ke depan akan sangat dipengaruhi oleh arah pergerakan suku bunga acuan The Fed. Ruang penurunan BI-rate akan terbuka setelah The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuan," urainya.

Lebih lanjut Josua juga memperkirakan, dari sisi inflasi, dalam jangka pendek, terutama di semester I 2024, inflasi akan tetap tinggi karena peningkatan inflasi pangan terkait dengan fenomena El Niño. 

"Namun, pada Semester II 2024, kami mengantisipasi bahwa tekanan dari inflasi pangan akan mulai berkurang," ucapnya.

Topik Menarik