Ekspor Sawit Indonesia Turun di 2023, Terendah ke Uni Eropa

Ekspor Sawit Indonesia Turun di 2023, Terendah ke Uni Eropa

Ekonomi | inews | Selasa, 27 Februari 2024 - 20:58
share

JAKARTA, iNews.id - Industri kelapa sawit Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan di 2024. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menuturkan, dari sisi ekonomi global, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju.

"USA masih dilanda inflasi yang di atas target, China sebagai salah satu konsumen terbesar minyak sawit juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pascaCovid-19, begitu juga denga Eropa dimana kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi," ujar Eddy dalam konferensi pers Syukuran Ulang Tahun GAPKI ke-43 tahun, di Jakarta, Selasa (27/2/2024).

Eddy menambahkan ekspor produk Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) mengalami penurunan 2,38 persen dari 33,15 juta ton di tahun 2022 menjadi 32,21 juta ton di tahun 2023. Sementara itu, ekspor untuk biodiesel dan oleokimia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 29.000 ton dan 395.000 ton.

"Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan EU (Uni Eropa) yakni sebesar 11,6 persen dari 4,13 juta ton di tahun 2022 menjadi 3,70 juta ton di tahun 2023," tuturnya.

Sebaliknya, lanjut Eddy, ekspor untuk tujuan Afrika naik sebesar 33 persen dari 3.183 ton menjadi 4.232 ton, China naik 23 persen dari 6.280 ton menjadi 7.736 ton, India naik 8 persen dari 5.536 ton menjadi 5.966 ton dan Amerika Serikat naik 10 persen dari 2.276 ton menjadi 2.512 ton.

Eddy menambahkan, sementara itu, eskalasi geopolitik global kian memanas. Katanya, di saat eskalasi laut hitam yang belum mereda akibat perang Rusia dan Ukraina yang juga memberikan dampak besar pada pasokan beberapa komoditas strategis di pasar global, kini dunia juga harus menghadapi eskalasi geopolitik di laut merah akibat perang Israel dan Palestina yang juga diperkirakan dapat memberikan dampak besar terhadap pasokan komoditas mengingat laut merah merupakan jalur strategis perdagangan global.

"Kami memperkirakan prospek industri sawit tahun 2024, yaitu konsumsi dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia dan kebutuhan energi (biodiesel) dengan adanya implementasi Biodiesel (B35) secara setahun penuh (Fully Implemented)," tuturnya.

Kedua, harga minyak nabati dunia termasuk minyak kelapa sawit tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2023. Ketiga, produksi diperkirakan akan stagnan.

"Terakhir, volume ekspor diperkirakan akan mengalami penurunan, terutama karena meningkatnya kebutuhan dalam negeri," ucapnya.

Topik Menarik