Antisipasi Megathrust, AHY Sebut Infrastruktur Harus Kuat Tahan Gempa
IDXChannel - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Kewilayahan (IPK) mendorong supaya infrastruktur, termasuk bangunan di Indonesia didesain kuat menghadapi gempa bumi. Hal ini menyusul risiko megathrust yang berpotensi terjadi setiap 50-100 tahun sekali.
Menko IPK, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, potensi megathrust tersebut diperoleh dari paparan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. Indonesia dinilainya harus menyiapkan mitigasi atas risiko tersebut.
"Kalau saya mendengarkan paparan dari BMKG, wah ngeri kita, megathrust ini siklusnya bisa 50-100 tahun, dan kita harus benar benar mengantisipasinya," ujarnya saat ditemui di Jakarta dikutip Minggu (18/5/2025).
Untuk mencegah korban jiwa akibat megathrust, menurut AHY, pembangunan infrastruktur ke depan harus mempertimbangkan aspek ketahanan bencana. Bahkan, perlu menjadi syarat dalam setiap pembangunan.
"Karena kalau ada pergeseran lempengan sampai sekian skala richter, kita semua harus bersiap, jangan sampai kita membiarkan ada yang menjadi korban. Bangunan kita harus punya daya tahan, jangan sampai cepat roboh ketika dihantam gempa bumi," katanya.
Berdasarkan data BMKG, Pulau Jawa berada pada pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Indo Australia, sehingga aktivitas kegempaan di wilayah selatan Pulau Jawa relatif tinggi.
Pertemuan lempeng tersebut berada pada suatu zona patahan yang cukup panjang disebut Zona Subduksi dan pada zona ini merupakan lokasi sumber gempa megathrust (gempa yang terjadi pada bidang patahan yang sangat besar pada kedalaman <50 km).
BMKG menyebut megathrust sendiri bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga tidak bisa dimaknai secara keliru seolah bakal terjadi dalam waktu dekat. Tapi sebaliknya, informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial dan ekonomi, hingga korban jiwa.
(Rahmat Fiansyah)