Imbas Tarif Impor AS, Menperin: RI Harus Siaga Setiap Bangun Pagi
IDXChannel - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai Indonesia harus selalu siaga setiap kali bangun pagi atas kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurutnya, kebijakan yang diambil oleh Donald Trump dapat memicu ketidakpastian ekonomi global.
Agus menjelaskan saat ini Indonesia bersama dengan negara-negara lainnya sedang menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi. Hal ini terjadi akibat kebijakan yang diambil pemerintah AS terkait perang dagang dan tarif impor.
"Kita harus mencermati setiap bangun pagi apakah ada kebijakan baru yang dibuat oleh Trump. apakah ada kebijakan baru yang muncul dan ini yang menyebabkan uncertainty yang sangat tinggi," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).
Agus menilai, pemerintah Indonesia harus selalu siap dalam menghadapi kebijakan yang akan di ambil Donald Trump ke depannya. Pemerintah Indonesia harus dapat mengambil langkah kebijakan yang terukur dan terarah.
Bencana Angin Kencang Landa Desa Mammi, Polewali Mandar: Satu Rumah Rusak Akibat Pohon Tumbang
"Kita harus siap membuat kebijakan yang terukur dan terarah dalam uncertainty dari kebijakan pemerintahan Trump," katanya.
Meksi begitu, Agus mengakui AS merupakan pasar ekspor yang sangat penting bagi Indonesia. Ia memaparkan ekspor manufaktur Indonesia ke AS sejatinya tidak begitu besar hanya 9,94 persen dari total ekspor ke berbagai negara di dunia dengan nilai sebesar USD264 miliar.
Namun, angka itu kontribusinya sangat besar terhadap surplus ekspor perdagangan Indonesia sebesar 46 persen.
"Kita harus mengakui bahwa Amerika itu penting karena kita selama ini mencatat surplus perdagangan dengan Amerika sekitar 14,34 persen. Walaupun total ekspor manufaktur ke AS hanya 9,9 persen, tetapi kontribusi surplus ekspor manufaktur global yang berasal dari Amerika itu hampir setengahnya," tutur Agus.
"Jadi 46 persen surplus perdagangan kita itu berasal dari perdagangan dengan Amerika. Jadi kalau kita bisa mengakses lagi lebih lanjut, artinya kebanyakan perdagangan kita, kebanyakan hasil dagang antara negara-negara lain dengan Indonesia, di luar Amerika, defisit," tuturnya.