Banyak Negara Antre, Trump Justru Disebut Nantikan Perundingan Dengan Xi Jinping
IDXChannel - Rencana Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor secara resiprokal kepada negara-negara yang membuat mereka menderita defisit perdagangan terus menemui babak baru.
Salah satunya informasi terkait keinginan Presiden AS, Donald Trump, untuk dapat segera berunding langsung dengan China terkait dinamika perang dagang kedua negara.
Keinginan tersebut muncul di tengah banyak negara di dunia yang tengah antre untuk dapat berunding langsung dengan pihak AS atas dampak kebijakan penerapan tarif resiprokal.
Bahkan, atas keinginan tersebut, Trump disebut telah menutup hampir seluruh opsi saluran komunikasi diplomatik dengan China, dan hanya membuka diri untuk berbincang dengan Presiden China, Xi Jinping, secara langsung.
Kabar tersebut disampaikan oleh Politico, surat kabar nasional AS yang berbasis di Arlington County, Virginia, Sabtu (19/4/2025), dengan menggunakan narasumber Mantan Pejabat Luar Negeri AS, yang enggan disebut identitasnya.
Dalam tulisannya, Politico menegaskan kebijakan tarif resiprokal merupakan bentuk upaya Pemerintahan Trump untuk menerapkan tarif balasan kepada lebih dari 90 negara, dengan China sebagai salah satu sasaran utamanya.
Atas upaya tersebut, meski Trump telah menunda kenaikan tarif untuk sebagian besar negara selama 90 hari ke depan, namun China sengaja dikecualikan, dengan tetap dikenakan tarif sebesar 145 persen.
Atas 'serangan kebijakan' tersebut, pihak China pun telah membalas dengan penetapan tarif sebesar 125 persen atas barang-barang AS dan membatasi ekspor utama tertentu.
"Presiden AS bersikeras tentang negosiasi langsung dengan Xi, dan telah menutup opsi jalur diplomatik lainnya," tulis Politico.
Bahkan, sejauh ini Trump disebut masih belum mengizinkan delegasi Gedung Putih untuk turut terlibat langsung dalam perundingan bersama pihak Beijing.
Tak hanya itu, Senat juga belum mengonfirmasi keberadaan Duta Besar AS untuk China, lantaran Trump belum menetapkan calon pejabat untuk memimpin upaya diplomatik di sana.
"Pihak Washington sejauh ini juga sama sekali belum menghubungi kedutaan besar China. Perundingan 'jalur belakang' dipastikan tidak akan berfungsi, karena Presiden (Trump) memang tidak menginginkan itu. Yang dia inginkan hanya satu, berurusan langsung dengan Presiden Xi (Jinping), seperti halnya yang dia lakukan dengan Presiden (Rusia, Vladimir) Putin," ujar Direktur untuk China, Taiwan, dan Mongolia dalam struktur Dewan Keamanan Nasional selama Pemerintahan Obama, kepada Politico.
Saat ini, dalam tulisan Politico, diklaim bahwa pihak Washington justru hanya menunggu inisiatif pihak Beijing untuk membuka perbincangan terlebih dahulu. Dalam hal ini, Trump berkeras dan meyakini bahwa China pada dasarnya ngin membuat kesepakatan, namun hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
"Mereka orang yang sombong," ujar Trump, menurut sumber tersebut.
Masih berdasarkan sumber yang sama, Trump juga dikatakan tengah mencari cara agar dapat bernegosiasi atas potensi pengecualian tarif bagi negara-negara mitra dagang AS, demi dapat bersekutu dalam meningkatkan tekanan terhadap China.
Sementara, dari pihak Beijing sendiri, pada Senin (21/4/2025) lalu Kementerian Perdagangan China telah memastikan bakal menyiapkan tindakan balasan terhadap negara mana pun yang mau bersepakat atas tawaran pihak AS tersebut.
(taufan sukma)