Jepang Resesi, Kemenkeu akan Kaji Ulang Penerbitan Samurai Bond

Jepang Resesi, Kemenkeu akan Kaji Ulang Penerbitan Samurai Bond

Berita Utama | IDX Channel | Kamis, 22 Februari 2024 - 01:30
share

IDXChannel - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan akan mengkaji ulang penerbitan surat utang Samurai Bond. Sebab, Negeri Sakura itu sedang mengalami resesi.

Samurai Bond merupakan Surat Berharga Negara (SBN) yang berdenominasi dengan mata uang yen Jepang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan, pihaknya masih akan terus mencermati kondisi karena salah satu di antara penerbitan SBN adalah dengan biaya bunga (cost of fund) yang rendah dengan risiko yang dapat diterima.

"Jadi apakah kita akan tetap terbitkan Samurai Bond? Tentu dalam hal ini kita akan lihat perkembangan kebutuhan dan perkembangan perekonomian dan kondisi pasar keuangan di Jepang sendiri," kata Suminto dalam konferensi pers APBN KITA edisi Februari 2024, Kamis (22/2/2024).

Secara umum, kata Suminto, Kemenkeu mencermati berbagai kondisi ekonomi global saat ini, termasuk resesi di Jepang. Karena itu, instrumen investasi seperti SBN yang akan dikeluarkan pun bersifat fleksibel.

"Sehingga dalam konteks size, timing penerbitan instrumen demikian juga currency mix-nya kita akan betul-betul menyesuaikan dengan perkembangan. Termasuk tadi apakah dengan perkembangan perekonomian Jepang seperti tadi kita akan menerbitkan Samurai Bond," jelasnya.

Adapun Samurai Bond menjadi salah satu instrumen investasi pemerintah dari sisi SBN Valas yang ada di APBN 2024.

Per Januari 2024, pemerintah sudah menarik utang baru, salah satunya dari SBN, sebesar Rp107,6 triliun atau 16,6% dari target APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.

Penarikan utang di awal tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2023 sebesar Rp95,6 triliun.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah memang mencermati kondisi ekonomi Jepang saat ini. Sebab, negara tersebut sebagai salah satu sumber arus modal Indonesia, termasuk ekspornya.

Tak hanya Jepang, Inggris yang juga mengalami resesi dan menjadi perhatian pemerintah saat ini. Di kuartal III-2023, ekonomi Inggris tercatat -0,1% dan di kuartal IV-2023 -0,3%.

"Kita berharap bahwa kontraksi kontraksi di Jepang dan Inggris itu sifatnya temporary, namun tetap kita akan lihat bagaimana situasi di 2024 ini," ujarnya.

(YNA)

Topik Menarik