Rusia Kerahkan Rudal Berkemampuan Nuklir Oreshnik ke Belarus

Rusia Kerahkan Rudal Berkemampuan Nuklir Oreshnik ke Belarus

Global | okezone | Jum'at, 19 Desember 2025 - 08:05
share

JAKARTA – Rusia telah mengerahkan rudal berkemampuan nuklir Oreshnik ke Belarus, demikian dikonfirmasi Presiden Aleksandr Lukashenko pada Kamis (19/12/2025). Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Oreshnik akan resmi memasuki layanan militer negaranya pada akhir 2025.

Lukashenko mengatakan Oreshnik, sistem rudal balistik jarak menengah, tiba di negara itu pada Rabu (18/12/2025) dan mulai bertugas dalam pertempuran. Ia tidak menyebutkan berapa banyak rudal yang telah dikerahkan atau memberikan detail lainnya.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Rabu bahwa Oreshnik akan mulai bertugas dalam pertempuran bulan ini, tetapi tidak memberikan detail lainnya. Ia membuat pernyataan tersebut dalam pertemuan dengan para perwira militer senior Rusia.

Pengerahan Oreshnik ini dilakukan di tengah kebuntuan perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Putin memperingatkan bahwa Moskow akan berupaya memperluas kemenangannya di Ukraina jika Kyiv dan sekutu Baratnya menolak tuntutan Kremlin dalam pembicaraan damai.

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah melancarkan upaya diplomatik ekstensif untuk mengakhiri hampir empat tahun pertempuran setelah invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Namun, upaya Washington telah menemui tuntutan yang sangat bertentangan dari Moskow dan Kyiv.

Sebelumnya, Rusia telah mengerahkan senjata nuklir taktis ke wilayah Belarus, yang digunakan untuk melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022. Lukashenko sebelumnya mengatakan bahwa negaranya memiliki beberapa lusin senjata nuklir taktis Rusia.

Rusia pertama kali menguji versi Oreshnik yang dipersenjatai secara konvensional — yang dalam bahasa Rusia berarti pohon hazelnut — untuk menyerang sebuah pabrik di Ukraina pada November 2024. Putin membual bahwa rudal tersebut tidak mungkin dicegat. Ia juga memperingatkan Barat bahwa Rusia dapat menggunakannya terhadap sekutu Kyiv yang mengizinkan serangan rudal jarak jauh ke wilayah Rusia.

Putin menyatakan bahwa hulu ledak Oreshnik yang berjumlah banyak dapat meluncur dengan kecepatan hingga Mach 10 dan tidak dapat dicegat. Ia menambahkan bahwa beberapa hulu ledak yang digunakan dalam serangan konvensional dapat sama dahsyatnya dengan serangan nuklir. Media pemerintah Rusia mengklaim rudal tersebut hanya membutuhkan waktu 11 menit untuk mencapai pangkalan udara di Polandia dan 17 menit untuk mencapai markas NATO di Brussels. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah rudal tersebut membawa hulu ledak nuklir atau konvensional sebelum mengenai sasaran.

 

Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer (310 hingga 3.400 mil). Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang ditinggalkan Washington dan Moskow pada 2019.

Putin dan Lukashenko sebelumnya mengatakan bahwa Oreshnik akan dikerahkan ke Belarus sebelum akhir tahun, demikian dilansir Associated Press.

Saat menandatangani pakta keamanan dengan Lukashenko pada Desember 2024, Putin mengatakan bahwa meskipun Rusia mengendalikan rudal Oreshnik, Moskow akan mengizinkan Minsk untuk memilih targetnya. Ia mencatat bahwa jika rudal tersebut digunakan terhadap target yang lebih dekat ke Belarus, rudal itu dapat membawa muatan yang jauh lebih berat.

Pada 2024, Kremlin merilis doktrin nuklir yang direvisi, yang menyatakan bahwa serangan konvensional negara mana pun terhadap Rusia yang didukung oleh kekuatan nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama terhadap negara tersebut. Ancaman itu jelas bertujuan mencegah Barat mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata jarak jauh dan tampaknya secara signifikan menurunkan ambang batas untuk kemungkinan penggunaan persenjataan nuklir Rusia.

Doktrin Rusia yang direvisi juga menempatkan Belarus di bawah payung nuklir Rusia.

 

Lukashenko telah memerintah negara berpenduduk 9,5 juta jiwa itu dengan tangan besi selama lebih dari tiga dekade. Pemerintahannya berulang kali dikenai sanksi oleh Barat karena penindasan terhadap hak asasi manusia dan karena mengizinkan Moskow menggunakan wilayahnya selama invasi Ukraina tahun 2022.

Sembari mempertahankan hubungan yang kuat dengan Moskow, Lukashenko juga berupaya melakukan pendekatan dengan Amerika Serikat. Pada Sabtu (13/12/2025), Lukashenko membebaskan 123 tahanan politik, termasuk peraih Nobel Perdamaian Ales Bialiatski, sebagai bagian dari kesepakatan dengan Washington yang mencabut sanksi AS terhadap industri kalium Belarus, sumber utama pendapatan ekspor negara itu.

Topik Menarik