Kota Jumilla di Spanyol Larang Umat Muslim Gelar Pertemuan di Tempat Publik
Larangan baru terhadap pertemuan Muslim di tempat umum di kota Jumilla, Spanyol tenggara, telah memicu kemarahan di komunitas Muslim. ITu merupakan bentuk Islamofobia dan dan tindakan diskriminatif" terhadap Muslim.
Larangan ini, yang merupakan yang pertama, melarang umat Islam menggunakan fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan dan pusat kebugaran untuk merayakan hari raya keagamaan Idulfitri, yang menandai berakhirnya Ramadan, dan Iduladha.
Dinyatakan: “Fasilitas olahraga kota tidak boleh digunakan untuk kegiatan keagamaan, budaya, atau sosial yang bertentangan dengan identitas kami, kecuali diselenggarakan oleh otoritas setempat.”
Melansir Press TV, organisasi-organisasi keagamaan telah menyuarakan keprihatinan atas langkah ini, dengan mengatakan bahwa larangan pejabat setempat akan menjadi preseden yang akan diikuti oleh organisasi-organisasi lain di masa mendatang.
"Larangan berkumpulnya umat Islam di tempat umum bersifat Islamofobia dan diskriminatif,” ujar Mounir Benjelloun Andaloussi Azhari, presiden federasi organisasi-organisasi Islam Spanyol, kepada surat kabar El País.Baca Juga: 6 Dampak Pencaplokan Gaza oleh Israel, Salah Satunya Raih Kemenangan Palsu
“Mereka tidak mengincar agama lain, mereka mengincar agama kami,” katanya. “Kami cukup terkejut dengan apa yang terjadi di Spanyol. Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, saya merasa takut,” tambahnya.
Setelah Penaklukan Muslim di Spanyol pada abad ke-8 dan berdirinya Al-Andalus, Islam menjadi agama utama di Semenanjung Iberia.
Namun, kebangkitan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa pada abad ke-16 menyebabkan Reconquista, serangkaian kampanye militer dan diplomatik yang memaksa mayoritas Muslim di Spanyol untuk melarikan diri atau menghadapi kemungkinan kematian.
Sejak saat itu, umat Muslim di beberapa tempat di Spanyol terpaksa menjalankan keyakinan mereka secara rahasia untuk menghindari penganiayaan oleh pejabat setempat.Jumilla, dengan sekitar 27.000 penduduk, merupakan rumah bagi populasi Muslim yang signifikan. Tempat kelahiran Ibn Arabi, salah satu tokoh Islam paling berpengaruh, berada di kota Murcia di dekatnya.
Larangan terhadap Muslim di Jumilla, yang diperkenalkan oleh Partai Rakyat Konservatif (PP) setempat, disahkan meskipun ada tentangan dari kelompok sayap kiri kota tersebut.
Menteri Migrasi Spanyol Elma Saiz mengatakan pada hari Jumat bahwa larangan tersebut “memalukan”, dan mendesak para pemimpin setempat untuk “mengambil langkah mundur” dan meminta maaf kepada umat Muslim.




