Sama-sama Digebuk Tarif 50, Brasil dan India Kompak Melawan AS

Sama-sama Digebuk Tarif 50, Brasil dan India Kompak Melawan AS

Global | sindonews | Jum'at, 8 Agustus 2025 - 05:39
share

Brasil dan India kompak melawan tindakan Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif 50 untuk barang-barang dari kedua negara tersebut yang memasuki Amerika. Para pemimpin kedua negara itu menegaskan kembali dukungan mereka terhadap multilateralisme dan perdagangan yang adil.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah melakukan panggilan telepon selama satu jam dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi pada hari Kamis untuk membahas prospek ekonomi global dan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika.

"Kedua pemimpin menegaskan kembali pentingnya mempertahankan multilateralisme dan kebutuhan untuk menghadapi tantangan global saat ini, sambil menjajaki integrasi yang lebih dalam antara kedua negara," kata pemerintah Brasil dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari laman RT, Jumat (8/8/2025).

Baca Juga: 3 Keuntungan Besar AS setelah Negosiasi Tarif Trump-Prabowo

Pembicaraan tersebut terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 50 atas barang-barang Brasil pada 30 Juli, dengan alasan penuntutan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang menghadapi persidangan atas dugaan merencanakan kudeta setelah kekalahannya dalam pemilu 2022.

Trump menuduh Brasilia melakukan persekusi politik dan menyebut negara BRICS tersebut sebagai ancaman bagi keamanan nasional AS. Brasil mengecam langkah tersebut sebagai upaya ilegal untuk mencampuri urusan dalam negerinya.

China mendukung Brasil, mengecam apa yang disebutnya sebagai "perundungan" oleh AS.

Pada hari Rabu, Trump mengumumkan tarif 50 untuk impor India yang berlaku efektif akhir Agustus, dengan alasan perdagangan minyak negara itu dengan Rusia.

New Delhi mengecam langkah tersebut sebagai "tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal", dan berjanji untuk membela kepentingan nasionalnya.

Trump telah berulang kali menuduh anggota BRICS mencoba melemahkan dolar AS dan mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10. Kelompok ekonomi itu telah menolak klaim tersebut dan berpendapat bahwa kebijakan luar negeri Washington sendiri yang melemahkan dolar AS.BRICS, yang dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, dan China pada tahun 2006, dengan Afrika Selatan bergabung empat tahun kemudian, telah berkembang dan kini melampaui G7 dalam hal PDB gabungan. Indonesia juga telah bergabung dengan BRICS.

Trump telah mengancam tarif yang lebih luas terhadap mitra dagang Rusia untuk menekan Moskow agar menerima gencatan senjata dalam perangnya melawan Ukraina. Moskow telah menepis ancaman tersebut, dengan mengatakan bahwa negara-negara berdaulat bebas memilih mitra dagang mereka sendiri.

Lula mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa dia berencana untuk mengusulkan KTT BRICS guna mengoordinasikan respons bersama terhadap tekanan perdagangan Washington.

Topik Menarik