Presiden Iran Masoud Pezeshkian Ungkap Israel Mencoba Membunuhnya tapi Gagal

Presiden Iran Masoud Pezeshkian Ungkap Israel Mencoba Membunuhnya tapi Gagal

Global | sindonews | Selasa, 8 Juli 2025 - 19:00
share

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan kepada penyiar konservatif Amerika Serikat (AS) Tucker Carlson dalam wawancara yang dirilis pada hari Senin (7/7/2025) bahwa Israel berusaha membunuhnya. Pezeshkian menegaskan dia tidak takut mati.

Meskipun sebagian besar wawancara cukup lugas, dengan Pezeshkian memberikan tanggapan yang tidak mengejutkan terhadap pertanyaan mantan komentator Fox News tersebut, Pezeshkian mengatakan ia tidak "takut mengorbankan" jiwanya untuk Iran.

"Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi mereka gagal," ujar dia kepada Carlson dalam menanggapi pertanyaan tentang apakah ia yakin Israel telah mencoba membunuhnya.

Pezeshkian tidak menyebutkan kapan upaya pembunuhan itu terjadi, ia hanya mengatakan itu terjadi selama "satu pertemuan".

"Saya sedang dalam satu pertemuan... mereka mencoba membombardir area tempat kami mengadakan pertemuan itu," papar dia.

“Saya tidak takut mengorbankan jiwa saya untuk membela negara saya... Tidak ada pejabat pemerintah yang takut kehilangan nyawa mereka di garis pertahanan. Namun, apakah... pertumpahan darah dan pembunuhan yang lebih banyak akan membawa kedamaian, ketenangan, dan stabilitas ke kawasan ini?” ujar dia.Berkali-kali selama wawancara, yang dilakukan dalam bahasa Inggris dan Persia, Pezeshkian mengatakan Iran menginginkan perdamaian, bukan perang, dan Republik Islam tersebut masih bersedia terlibat dalam perundingan dengan Amerika Serikat.

Iran Tidak Pernah Ingin Membuat Bom Nuklir

Pezeshkian mengatakan Iran tidak pernah berusaha membuat bom nuklir.

“Yang sebenarnya adalah kami tidak pernah berusaha mengembangkan bom nuklir - tidak di masa lalu, tidak saat ini, atau di masa mendatang - karena ini salah dan bertentangan dengan keputusan agama yang dikeluarkan pemimpin tertinggi Republik Islam Iran,” ungkap dia.

Dia menjelaskan, “Secara agama dilarang bagi kami untuk mengejar bom nuklir, dan ini selalu dikuatkan, berkat kerja sama kami dengan IAEA karena mereka selalu ada untuk memverifikasi ini.”

Ketika ditanya Carlson tentang berapa banyak uranium yang diperkaya Iran, Pezeshkian tidak menjawab secara langsung tetapi mengatakan Iran "siap mengadakan pembicaraan mengenai hal itu" dan diawasi.

Ia mengingatkan Carlson bahwa Iran telah "duduk di meja perundingan" dengan AS ketika Israel "menghancurkan" perundingan diplomatik dengan melancarkan serangan yang tidak beralasan pada 13 Juni.

Tidak Percaya

Pezeshkian mengatakan Iran "tidak memiliki masalah" untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan AS, tetapi mengatakan mereka telah kehilangan kepercayaan pada AS, mengingat apa yang telah terjadi selama beberapa pekan terakhir.

"Kami tidak melihat masalah dalam memasuki kembali perundingan," ujar dia kepada Carlson. "Ada syarat... untuk memulai kembali perundingan. Bagaimana kita akan mempercayai Amerika Serikat lagi? Bagaimana kita bisa tahu dengan pasti bahwa di tengah-tengah perundingan, rezim Israel tidak akan diberi izin lagi untuk menyerang kita?”

"Usulan saya adalah pemerintah AS harus menahan diri untuk tidak terlibat dalam perang yang bukan perang Amerika. Itu adalah perang Netanyahu. Ia punya agendanya sendiri…dan itu adalah perang yang tak berkesudahan, perang yang terus berlangsung dan terus berlanjut,” ungkap dia.

Pezeshkian mengatakan tujuan akhirnya adalah perdamaian, dan ia yakin, “Iran dapat dengan mudah menyelesaikan perbedaan dan konflik kami dengan AS melalui dialog dan perundingan.”

“Kami selalu mengejar perdamaian. Pendapat saya yang tulus adalah kita perlu hidup dalam damai dan harmoni selama waktu yang singkat dan terbatas ini yang diberikan kepada kita oleh Tuhan Yang Mahakuasa untuk hidup dalam damai dan ketenangan dengan semua orang,” papar dia.

Ia mengatakan Iran tidak pernah berperang dengan siapa pun dalam 200 tahun terakhir, tetapi hanya dipaksa berperang, mengacu pada konflik baru-baru ini dengan Israel dan perang dengan Irak pada tahun 1980-an.

Trump Dapat Membimbing Timur Tengah

Mengenai Presiden AS Donald Trump, ia mengatakan bahwa ia yakin presiden AS dapat "membimbing" kawasan dan dunia menuju perdamaian dan cukup kuat untuk menempatkan Israel pada tempatnya.

Dia menambahkan jika Trump tidak melakukannya, perang lain hanya akan menyebarkan lebih banyak ketidakstabilan di Timur Tengah, yang tidak sesuai dengan kepentingan pemerintah AS.

Ketika ditanya Carlson apakah ia yakin Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memberikan informasi kepada Israel, Pezeshkian mengatakan ada "kurangnya kepercayaan".

“Ada kurangnya kepercayaan sebagai akibat dari laporan terakhir oleh IAEA dan jenis laporannya. Cara mereka menyiapkan laporan entah bagaimana memberi alasan bagi rezim Israel untuk menyiapkan dasar bagi serangan yang melanggar hukum dan tidak sah terhadap fasilitas nuklir kami. Bahkan setelah itu, IAEA gagal mengutuk serangan ini atau mencoba menghentikannya dengan cara apa pun,” ungkap dia.

Pezeshkian memberi tahu Carlson bahwa Iran tidak akan meminta dukungan militer dari sekutu Rusia dan China, dengan mengatakan, “Kami percaya kepada Tuhan. Kami mampu membela diri dan berdiri di atas kaki sendiri.”

Carlson mengakui ia akan dikritik karena mewawancarai presiden Iran. Dalam video selama akhir pekan, ia membela tindakan tersebut, dengan mengatakan, "Warga negara Amerika memiliki hak konstitusional, dan hak yang diberikan Tuhan, atas semua informasi yang dapat mereka kumpulkan tentang hal-hal yang memengaruhi mereka, termasuk mendengar dari orang-orang yang mereka lawan."Wawancara tersebut setelah serangan militer AS terhadap situs nuklir Iran pada akhir Juni.

Keputusan Trump mendukung perang Israel terhadap Iran memicu kritik luas, termasuk dari basisnya sendiri yang mendukung gerakan "Make America Great Again", yang menentang "perang abadi" lainnya di Timur Tengah.

Dalam beberapa pekan terakhir, Carlson telah menjadi kritikus yang lantang terhadap keputusan pemerintahan Trump untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Dalam wawancara dengan Senator Ted Cruz yang menjadi viral sebelum AS pertama kali menyerang Iran pada 21 Juni, Carlson menuduh Cruz tidak mengetahui "apa pun" tentang negara tersebut.

Baca juga: Abu Ubaidah: Serangan Pejuang Tewaskan 5 Tentara Israel, Pukulan Tambahan!

Topik Menarik