Iran Kecam Trump, Garda Revolusi Siapkan Perang Menghancurkan jika Diserang Lagi
Pejabat senior militer Iran Brigadir Jenderal Ramezan Sharif mengeluarkan peringatan keras pada hari Sabtu, mengancam akan memberikan respons yang keras terhadap setiap serangan di masa mendatang terhadap kepentingan Iran. Dia juga mengecam pernyataan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump.
Brigadir Jenderal Ramezan Sharif, juru bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menepis pernyataan Trump baru-baru ini sebagai "omong kosong," dengan mengatakan bahwa pernyataan itu adalah "hasil dari kekalahan telak Iran."
"Jika kepentingan dan aset nasional Iran diserang lagi, respons kami kali ini akan berbeda, lebih menghancurkan dan merusak, dan dapat mempercepat keruntuhan rezim Amerika," Sharif memperingatkan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Iran Fars.
Secara terpisah, Mohammad Reza Naqdi, wakil komandan untuk koordinasi di korps pengawal, memperingatkan: "Jika ada serangan sekecil apa pun terhadap otoritas agama Syiah mana pun, baik berhasil atau tidak, tidak ada satu pun agen Amerika yang akan meninggalkan wilayah ini hidup-hidup. Semua diplomat, personel militer, dan karyawan Amerika di wilayah tersebut akan terbunuh atau ditangkap."
Komentar itu muncul setelah Trump pada hari Jumat mengkritik tajam Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dengan memperingatkan bahwa ia akan mempertimbangkan untuk mengebom negara itu lagi jika Teheran terus memperkaya uranium.Melansir Anadolu, pada tanggal 22 Juni, AS menjatuhkan enam bom penghancur bunker di fasilitas nuklir Fordo dan meluncurkan puluhan serangan rudal jelajah di lokasi di Natanz dan Isfahan sebagai bagian dari kampanyenya melawan program nuklir Iran.
Baca Juga: Pakar Ini Sebut Tujuan AS dan Israel Menyerang ke Iran Gagal Total
Sebelumnya pada hari Sabtu, ribuan warga Iran berkumpul di Teheran untuk menghadiri prosesi pemakaman bagi para korban tewas dalam serangan udara Israel baru-baru ini, termasuk komandan militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.
Konflik selama 12 hari antara Israel dan Iran meletus pada tanggal 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara di lokasi militer, nuklir, dan sipil Iran, menewaskan sedikitnya 606 orang dan melukai 5.332 orang, menurut Kementerian Kesehatan Iran.
Teheran melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak balasan terhadap Israel, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang, menurut angka yang dirilis oleh Universitas Ibrani Yerusalem.
Konflik tersebut terhenti di bawah gencatan senjata yang disponsori AS yang mulai berlaku pada tanggal 24 Juni.

