Rusia Ingin Caplok Setengah Wilayah Ukraina pada 2026, Apa Sebenarnya Maunya Putin?

Rusia Ingin Caplok Setengah Wilayah Ukraina pada 2026, Apa Sebenarnya Maunya Putin?

Global | sindonews | Minggu, 8 Juni 2025 - 12:37
share

Data intelijen militer Kyiv, yang dibagikan kepada wartawan selama kunjungan delegasi Ukraina ke Washington, menunjukkan Rusia berupaya mencaplok setengah wilayah Ukraina pada tahun 2026. Ini berarti perang akan terus berlanjut.

Menurut data itu, Moskow berupaya untuk menduduki wilayah Ukraina di sebelah timur Sungai Dnipro, yang membelah negara itu.

Selain itu, delegasi Ukraina memperingatkan bahwa Rusia berencana untuk merebut wilayah selatan Ukraina, yaitu Odessa dan Mykolaiv, yang akan memutus Ukraina dari Laut Hitam, sehingga membuat Kyiv bergantung pada Moskow untuk aksesnya ke laut tersebut.

Baca Juga: Jet F-16 Ukraina Diklaim Tembak Jatuh Pesawat Su-35 Rusia di Langit Kursk, Perang Memanas

Wakil Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Kolonel Pavlo Palisa mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia kemungkinan berupaya untuk merebut seluruh wilayah Donetsk dan Luhansk pada 1 September 2025, dan membuat zona penyangga di sepanjang perbatasan utara Ukraina-Rusia pada akhir tahun 2025.

"Sayangnya, mereka tidak berbicara tentang perdamaian. Mereka sedang mempersiapkan diri untuk perang," kata Palisa seperti dikutip oleh Politico.

Dia memberikan pengarahan kepada sekelompok senator bipartisan pada 4 Juni sebagai bagian dari delegasi yang dipimpin oleh kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak.

Sumber-sumber Barat juga menerbitkan peta terperinci tentang tujuan perang Rusia di Ukraina.

Menurut peta tersebut, Rusia bermaksud untuk merebut sekitar 222.700 kilometer persegi tambahan wilayah Ukraina dan menguasai total 336.300 kilometer persegi pada akhir tahun 2026. Total luas wilayah Ukraina adalah sekitar 603.500 kilometer persegi.Peta tersebut menunjukkan bahwa Rusia akan mencoba memanfaatkan posisinya di wilayah Zaporizhzhia dan Dnipropetrovsk untuk memajukan pasukan dan merebut sisa wilayah Donetsk dan Luhansk sebelum 1 September 2025.

Jika informasi ini benar, maka itu berarti Rusia belum menyerah pada tujuan perang awalnya untuk menduduki seluruh Ukraina di sebelah timur Sungai Dnipro serta menduduki bagian selatan negara itu.

Apa Maunya Putin yang Sebenarnya?

Data intelijen militer Kyiv itu juga memicu pertanyaan tentang apa sebenarnya yang diinginkan Presden Rusia Vladimir Putin dalam perangnya di Ukraina?

Sejak Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025, Rusia telah bersikap dingin dan tidak bersahabat terkait masalah gencatan senjata, yang membuat banyak analis bertanya-tanya seberapa besar wilayah Ukraina akan memuaskan Moskow.

Para pejabat senior Ukraina memperingatkan bahwa Moskow tidak berniat untuk berhenti berperang dalam waktu dekat. Menurut mereka, Putin mengincar setengah wilayah Ukraina dan ingin menjadikannya negara yang terkurung daratan dengan memutus aksesnya ke Laut Hitam.

Di media sosial, kaum nasionalis Rusia sering mengeklaim bahwa mencapai Sungai Dnipro adalah tujuan akhir perang ini.

Bagi orang luar, mungkin tampak seolah-olah mencapai tepi timur Sungai Dnipro lebih penting dalam benak orang Rusia daripada mencapai Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Itu juga memicu pertanyaan tentang apa pentingnya Sungai Dnipro bagi visi "Novorossiya" atau "Rusia Baru", sebuah konsep historis tentang wilayah yang didominasi Rusia di Ukraina selatan dan timur.

Menurut laporan EurAsian Times, setidaknya ada limatujuan yang ingin dicapai Rusia dalam perangnya yang berlarut-larut di Ukraina.Pertama, ingin menciptakan pertahanan alami. Salah satu rasa tidak aman yang dialami Rusia berasal dari fakta bahwa Rusia memiliki ribuan mil perbatasan darat; namun, tidak ada fitur geografis yang berfungsi sebagai pertahanan alami. Tidak ada sungai, gunung, hutan, atau gurun di perbatasannya dengan negara-negara Eropa Timur.

Sebagian besar perbatasan Rusia di Timur adalah hamparan dataran yang luas, yang mudah diakses untuk invasi. Dengan mencapai tepi Sungai Dnipro, Rusia menginginkan sungai yang lebar dan perkasa ini bertindak sebagai penghalang pertahanan alami.

Rusia dapat membangun pos pertahanan di sepanjang tepi timur sungai, yang selanjutnya memperkuat pertahanannya.

Kedua, ingin mengamankan Crimea. Mengendalikan wilayah di sebelah timur Dnipro, khususnya wilayah seperti Zaporizhzhia dan Kherson, akan mengamankan koridor darat Rusia ke Crimea, wilayah yang dianeksasinya pada tahun 2014.

Koridor ini sangat penting untuk memasok air ke Crimea (melalui Terusan Crimea Utara) dan mempertahankan kendali ekonomi dan militer atas semenanjung tersebut.

Ketiga, ingin melemahkan ekonomi Ukraina. Dnipro merupakan pusat ekonomi Ukraina, mendukung transportasi, pertanian, dan energi (misalnya, bendungan hidroelektrik).

Dengan mengendalikan tepi timur sungai itu, Rusia akan mengganggu kemampuan Ukraina untuk mengarungi sungai, yang berdampak pada perdagangan dan keamanan.

Keempat, ingin menguasai jantung industri dan pertanian Ukraina. Ukraina timur, khususnya Donbas, kaya akan batu bara, baja, tambang Tanah Jarang, dan industri lain yang penting bagi ekonomi Ukraina dan Rusia. Mengendalikan sumber daya ini memperkuat daya ungkit ekonomi Rusia.Kelima, ingin melemahkan klaim historis Ukraina. Sungai Dnipro merupakan pusat negara Kievan Rus (abad ke-9–13), negara abad pertengahan yang dianggap sebagai nenek moyang budaya dan politik Ukraina dan Rusia. Mengendalikan Sungai Dnipro akan melemahkan klaim ideologis Ukraina terhadap negara Kievan Rus.

Menurut laporan tersebut, dalam benak Putin, hal itu penting untuk melemahkan nasionalisme Ukraina dan menghilangkan asal usul ideologisnya.

Selain itu, Sungai Dnipro membelah Ukraina di bagian tengah, dengan bagian timur secara tradisional berada di bawah pengaruh Rusia yang lebih besar dan bagian barat berada di bawah pengaruh Eropa yang lebih besar. Dalam benak Putin, imbuh laporan itu, tanah hingga Sungai Dnipro adalah tanah Rusia yang bersejarah, bagian dari Russkiy Mir (Dunia Rusia).

Namun, dapatkah Rusia menguasai Sungai Dnipro pada tahun 2026? Menurut analisis terperinci oleh Institut Studi Perang (ISW), mengingat laju kemajuan pasukan Rusia saat ini di wilayah timur, hal ini sangat tidak mungkin.

“Pasukan Rusia tidak mungkin mencapai keberhasilan sebesar itu dalam jangka waktu yang sesingkat itu,” kata ISW.

ISW membuat kesimpulan ini mengingat kemampuan ofensif Rusia saat ini dan dengan asumsi bahwa aliran bantuan militer Barat ke Ukraina akan terus berlanjut.

“Masih belum jelas atas dasar apa militer Rusia dapat merebut sisa Oblast Donetsk dalam tiga bulan ke depan atau bahkan maju sejauh 50 hingga 80 kilometer dari garis depan Rusia saat ini ke batas administratif Oblast Donetsk. Pasukan Rusia telah menghabiskan 15 bulan terakhir untuk maju sejauh antara 30 dan 50 kilometer dari pinggiran Avdiivka ke posisi mereka saat ini di timur laut dan barat daya Pokrovsk, laju kemajuan yang jauh lebih lambat daripada yang diperlukan untuk merebut seluruh Oblast Donetsk pada tanggal 1 September,” katanya.

Untuk mencapai Sungai Dnipro, Rusia juga harus bertempur melewati kota-kota yang dijaga ketat seperti Kostyantynivka, Kramatorsk, dan Slovyansk.Terakhir kali Rusia terlibat dalam peperangan kota dengan intensitas seperti ini adalah selama penyerangan di Bakhmut, yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa dari pihak Rusia.

“Serangkaian serangan Rusia yang intensif dan serentak ke wilayah utara Chernihiv, Sumy, dan Kharkiv akan menyebarkan personel dan material Rusia di sepanjang garis depan sepanjang seribu kilometer dan kemungkinan akan memperburuk kendala yang ada," imbuh ISW.

“Tujuan yang dinyatakan oleh komando militer Rusia untuk tahun 2026 jauh melampaui tuntutan teritorial formal Rusia dan bertujuan untuk merebut sebagian besar wilayah Ukraina tengah dan sebagian besar wilayah Ukraina selatan dan timur."

“Peta Palisa menunjukkan bahwa pasukan Rusia bermaksud untuk merebut seluruh wilayah Ukraina di tepi timur (kiri) Sungai Dnipro, yang mencakup sisa wilayah Zaporizhzhia yang tidak diduduki, dan seluruh wilayah Chernihiv, Sumy, Kharkiv, dan Poltava; dan setengah wilayah Kyiv dan Dnipropetrovsk. Peta Palisa menunjukkan bahwa pasukan Rusia juga bermaksud untuk merebut sebagian wilayah Ukraina selatan di sebelah barat Sungai Dnipro, termasuk sebagian besar wilayah Odesa dan Mykolaiv," papar ISW.

“Pasukan Rusia harus merebut sembilan ibu kota oblast yang saat ini tidak diduduki—kota Zaporizhzhia, Odesa, Mykolaiv, Odesa, Dnipro, Kharkiv, Sumy, Chernihiv, dan Poltava—dengan perkiraan populasi sebelum perang lebih dari 5,6 juta orang. Rusia belum merebut ibu kota oblast sejak Maret 2022, ketika pasukan Rusia merebut Kota Kherson dan kemudian kehilangannya delapan bulan kemudian,” imbuh penilaian ISW.

Tujuan Putin untuk mencapai Sungai Dnipro bergantung pada asumsi bahwa pada tahap tertentu, dukungan Barat untuk Kyiv akan runtuh. Namun, jika Barat terus mendukung Ukraina dengan bantuan militer dan ekonomi, maka Moskow tidak akan dapat mencapai tujuannya pada akhir tahun 2026.

“Satu-satunya harapan nyata Rusia untuk memenangkan perangnya di Ukraina adalah meyakinkan Barat untuk meninggalkan Ukraina, dan karena itu Putin berusaha untuk mencegah pasokan bantuan militer Barat di masa mendatang ke Ukraina," kata ISW.

"Namun, Rusia sangat tidak mungkin merebut setengah wilayah Ukraina jika koalisi internasional terus mendukung Ukraina," pungkas ISW.