Apa Motif Qatar Berikan Hadiah Pesawat Mewah Rp6,6 Triliun pada Donald Trump? Ini Jawaban PM Al-Thani
Keluarga Kerajaan Qatar dilaporkan akan memberikan hadiah pesawat supermewah Boeing 747-8 senilai sekitar USD400 juta atau lebih dari Rp6,6 triliun kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Apa motifnya?
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia akan menjadi "bodoh" jika tidak menerima hadiah seperti itu.
Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mengatakan tawaran Qatar untuk menyumbangkan jet mewah ke Amerika Serikat bukanlah hadiah pribadi untuk Presiden Donald Trump, melainkan "transaksi antarpemerintah".
Trump, yang perjalanannya ke Timur Tengah termasuk singgah di Qatar, telah menghadapi kegemparan di dalam negeri sejak laporan pers mengungkapkan bahwa dia mempertimbangkan untuk menggunakan jet itu sebagai Air Force One--dan berpotensi akan terus menggunakannya setelah meninggalkan jabatan.
PM Al-Thani meremehkan kegaduhan tersebut, mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara hari Rabu (14/5/2025) bahwa dia tidak tahu mengapa hal itu menjadi berita besar.
Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Rp133,9 Triliun?
"Itu adalah transaksi antarpemerintah. Itu tidak ada hubungannya dengan personel, baik di pihak AS atau di pihak Qatar, itu adalah Kementerian Pertahanan dan Departemen Pertahanan," katanya, menggemakan reaksi Gedung Putih terhadap reaksi keras tersebut.
Dia juga menepis tuduhan bahwa Qatar menggunakan hadiah itu sebagai cara untuk memengaruhi Trump, dengan mengatakan bahwa Qatar lebih mencoba membantu memecahkan masalah sekutunya di AS.
"Qatar selalu menjadi mitra yang dapat diandalkan bagi AS, selalu siap membantu dan mendukung AS, karena kami percaya bahwa persahabatan ini harus saling menguntungkan bagi kedua negara, tidak bisa menjadi hubungan satu arah," kata Al-Thani.
Dia menambahkan bahwa bagaimanapun juga, tawaran itu "masih dalam peninjauan hukum".
Trump telah berulang kali mengeluhkan penundaan dan pembengkakan biaya dalam kontrak raksasa kedirgantaraan Boeing untuk menyediakan dua jet Air Force One baru guna menggantikan model lama yang ada saat ini.
Saat ditanyai wartawan pada hari Senin, Trump dengan marah membela tawaran Qatar, dengan mengatakan bahwa dia akan menjadi "bodoh" jika tidak menerima hadiah seperti itu.
Namun, rencana tersebut telah menimbulkan pertanyaan etika yang besar, karena Konstitusi AS melarang pejabat pemerintah menerima hadiah "dari raja, pangeran, atau negara asing mana pun."
Hal itu juga telah menimbulkan kekhawatiran keamanan yang mendalam tentang penggunaan pesawat yang disumbangkan oleh kekuatan asing untuk digunakan sebagai Air Force One yang sangat sensitif. Jet tersebut dirancang untuk berfungsi sebagai pusat komando mobile bagi presiden jika terjadi serangan terhadap Amerika.