Netanyahu akan Gelar Serangan Skala Penuh di Gaza Beberapa Hari Lagi
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan menggelar serangan skala penuh di Jalur Gaza dalam beberapa hari lagi.
"Kami dalam beberapa hari mendatang akan memasuki dengan seluruh kekuatan kami untuk menyelesaikan proses... untuk menaklukkan Hamas," ujar Netanyahu dilansir surat kabar Israel Haaretz.
"Bisa jadi Hamas akan berkata 'Berhenti, kami ingin membebaskan 10 sandera lainnya,'" papar Netanyahu saat bertemu para tentara Israel yang terluka.
Dia menambahkan dalam kasus itu mereka akan berhenti dan masuk setelahnya. "Tetapi tidak akan ada situasi di mana kami menghentikan perang," ungkap Netanyahu.
Netanyahu juga menegaskan kembali klaim sebelumnya bahwa pemerintahnya telah membentuk satu badan untuk mengawasi rencana pemindahan penduduk Gaza.
"Tetapi ada satu masalah, kami membutuhkan negara-negara untuk menerima mereka. Inilah yang sedang kami kerjakan saat ini," papar PM Israel yang terlilit kasus korupsi itu.
Dia menyatakan, "Jika Anda memberi mereka jalan keluar, saya katakan kepada Anda bahwa lebih dari 50 persen akan pergi, menurut pendapat saya lebih banyak lagi."
Sementara itu, sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan telah membunuh seorang tentara Israel dua hari lalu dengan menggunakan senjata ringan di lingkungan Shujayea, di bagian timur Kota Gaza.
Militer Israel belum mengonfirmasi klaim tersebut.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini sedang melakukan kunjungan ke negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi.
Omar Rahman, peneliti di Middle East Council on Global Affairs, mengatakan kunjungan Presiden Trump ke wilayah tersebut telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang perang Israel di Gaza dan hubungan AS dengan sekutu terdekatnya.
Dengan AS mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran, Hamas, dan Houthi di Yaman tanpa masukan dari Israel, banyak pengamat bertanya-tanya di mana posisi pemerintah Israel yang dipimpin Netanyahu saat ini dengan pemerintahan Trump.
"Ada banyak pembicaraan Trump mungkin mengakui negara Palestina. Jelas, itu akan menjadi terobosan besar, perkembangan yang sangat besar," ungkap Rahman kepada Al Jazeera.
Dia menyatakan, “Saat ini, sedang terjadi genosida di Gaza, dan itu harus segera dihentikan. Jadi, saya pikir akan ada tekanan dari para pemimpin Teluk agar Trump menekan Netanyahu untuk mengakhirinya.”
“Ada banyak sinyal menjelang perjalanan Trump bahwa dia dan Netanyahu berselisih pendapat mengenai situasi di Timur Tengah,” ungkap Rahman.
“Ada alasan nyata untuk percaya ada masalah di sini. Kita telah melihat Trump mengambil sejumlah keputusan dalam beberapa minggu terakhir yang akan menjadi masalah bagi Israel … Masalah seperti ini membuat Netanyahu kesal,” pungkas dia.