Dipantau Kim Jong-un, Korea Utara Gelar Latihan Serangan Balik Nuklir

Dipantau Kim Jong-un, Korea Utara Gelar Latihan Serangan Balik Nuklir

Global | sindonews | Jum'at, 9 Mei 2025 - 10:21
share

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah mementau langsung latihan militer yang mensimulasikan serangan balik nuklir.

Menurut laporan media pemerintah Korut, KCNA, Jumat (9/5/2025), latihan tersebut berlangsung pada hari Kamis.

Manuver militer itu melibatkan peluncuran rudal balistik jarak pendek dan artileri jarak jauh untuk menilai kesiapan kekuatan nuklir Korea Utara.

Sistem roket peluncur ganda 600mm dan rudal balistik taktis Hwasong-11 (KN-23), keduanya diduga memiliki kemampuan nuklir, ditampilkan dalam latihan militer.

Rudal balistik tersebut dilaporkan terbang sekitar 800 kilometer sebelum mendarat di Laut Timur atau Laut Jepang, yang menunjukkan kapasitas operasional sistem rudal Korea Utara.

Tembakan rudal balistik itu juga telah dikonfirmasi militer Korea Selatan yang memantau pergerakan misil tersebut kemarin.

Tak hanya menembakkan rudal, manuver militer Korea Utara juga mencakup inspeksi sistem "pemicu nuklir", yang dirancang untuk mengelola dan mengendalikan persenjataan penangkal negara dan memastikan pengerahan cepat jika diperlukan.

"Tujuan latihan tercapai, dan keandalan sistem komando dan mobilisasi yang mampu bereaksi cepat terhadap krisis nuklir apa pun telah diverifikasi," tulis KCNA dalam laporannya.

Kim Jong-un menekankan pentingnya menjaga kesiapan tempur pasukan nuklir negaranya, dengan menyoroti perlunya meningkatkan kemampuan serangan presisi jarak jauh dan efisiensi senjata secara keseluruhan.

Bulan lalu, pemimpin Korea Utara itu menyerukan upaya yang dipercepat untuk mempersenjatai Angkatan Laut negara itu dengan senjata nuklir saat menghadiri uji coba sistem persenjataan di atas kapal perusak multimisi Choe Hyon.

Setelah menyaksikan demonstrasi tersebut, dia dilaporkan mencatat bahwa daya tembak kapal perang itu masih bergantung pada persenjataan konvensional.

Amerika Serikat dan Korea Selatan juga telah melakukan latihan militer gabungan secara rutin di Semenanjung Korea, yang berulang kali dikecam Korea Utara sebagai tindakan provokatif. Sebagai respons, Pyongyang telah meningkatkan uji coba rudalnya, menegaskan haknya untuk membela diri dan melakukan pencegahan.

Sementara itu, Rusia telah berjanji untuk membantu melindungi Korea Utara jika diserang berdasarkan perjanjian pertahanan bersama yang ditandatangani tahun lalu.

Perjanjian tersebut mewajibkan kedua belah pihak untuk memberikan bantuan militer segera satu sama lain jika diperlukan.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong-un pada bulan Juni 2024. Setelah itu, pasukan Korea Utara secara resmi bergabung dengan operasi militer Moskow yang bertujuan untuk mengusir serangan Ukraina ke Wilayah Kursk Rusia.

Putin kemudian menyampaikan terima kasih atas peran yang dimainkan pasukan Pyongyang dalam membebaskan wilayah tersebut, dengan mencatat bahwa mereka telah menunjukkan "kepahlawanan, pelatihan khusus tingkat tinggi, dan keberanian."

Topik Menarik