Dua Perwira Ukraina Coba Habisi Presiden Zelensky, antara Sandiwara dan Kudeta

Dua Perwira Ukraina Coba Habisi Presiden Zelensky, antara Sandiwara dan Kudeta

Global | sindonews | Kamis, 9 Mei 2024 - 06:53
share

Dua perwira kontra intelijen Ukraina ditahan atas tuduhan mencoba membunuh Presiden Volodymyr Zelensky. Tapi analis menduga itu hanya sandiwara dari sang presiden.

Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengeklaim telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap Zelensky.

Menurut SBU, kedua tersangka yang ditahan pada 7 Mei adalah kolonel Administrasi Keamanan Negara (UDO) Ukraina—sebuah badan kontra intelijen dalam negeri negara tersebut.

Analis politik Alexander Asafov menarik perhatian pada waktu terjadinya dugaan upaya pembunuhan tersebut, yakni hal itu terjadi setelah Zelensky menandatangani undang-undang mobilisasi yang kejam dalam upaya untuk membalikkan kemunduran Angkatan Bersenjata Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung melawan Rusia.

Baca Juga: Rusia Masukkan Presiden Ukraina Zelensky dalam Daftar Orang yang Diburu

Sementara itu, masa jabatan lima tahun Zelensky akan berakhir pada 20 Mei—setelah itu fungsi kepresidenan harus diambil alih oleh ketua Verkhovna Rada (Parlemen Ukraina), hingga terpilihnya presiden baru sesuai dengan Konstitusi Ukraina. Namun Zelensky menolak meninggalkan jabatannya, tindakan yang melanggar konstitusi.

“Dugaan plot tersebut bisa jadi merupakan konstruksi ideologi buatan yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu yang benar-benar penting, seperti wajib militer paksa terhadap individu dan penempatan mereka di garis depan,” kata Asafov kepada Sputnik, Kamis (9/5/2024).

“Hal ini juga dapat digunakan sebagai dalih untuk perampasan hak asasi manusia (HAM) warga negara yang tinggal di luar negeri, dan sejumlah masalah lainnya, termasuk masalah legitimasi Zelensky,” lanjut Asafov, yang curiga dugaan upaya pembunuhan Zelensky tersebut hanya sandiwara politik.

Beberapa pakar, menurut laporan Sputnik, juga percaya bahwa pergulatan sengit telah terjadi di lingkaran dalam Zelensky, sebagai tindak lanjut dari konflik antara presiden Ukraina dan mantan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny dan jenderal lainnya terkait serangan balasan musim panas yang gagal.

Zaluzhny dipecat dan kemudian ditunjuk sebagai duta besar Ukraina untuk Inggris—tetapi kabarnya tidak terdengar lagi sejak saat itu.

Asafov mengatakan jika upaya pembunuhan tersebut bukan hoaks, maka ada kemungkinan militer Ukraina berusaha menyingkirkan Zelensky. Plot tersebut mungkin juga merupakan hasil perebutan kekuasaan internal antara faksi-faksi politik di Kyiv.

“Ada persaingan internal,” kata Asafov.

“Kita tahu bahwa hal ini sangat intensif saat ini, dan ada oligarki yang dengan satu atau lain cara mendanai berbagai proses informasi. Terlebih lagi, jika tidak ada pemilu, Zelensky akan berhenti sepenuhnya dalam beberapa hari. Oleh karena itu, timbul perselisihan internalm” paparnya.

Menurut Asafov, politisi Ukraina terlibat dalam perjuangan di balik layar. Beberapa pesaing Zelensky tinggal di luar negeri atau sering bepergian ke sana untuk berkonsultasi.

Tokoh-tokoh seperti mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko memiliki sejarah kerja sama yang erat dengan Partai Demokrat AS.

Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) awal bulan ini menuduh bahwa Barat sangat prihatin dengan semakin tidak populernya Zelensky di dalam negeri, dan telah meningkatkan pencarian mereka untuk mencari presiden alternatif Ukraina.

Menurut badan tersebut, pihak Barat telah menghubungi Petro Poroshenko, Vitaly Klitschko, Andriy Yermak, Valery Zaluzhny dan mantan ketua Parlemen Ukraina Dmytro Razumkov. Badan tersebut percaya bahwa tokoh-tokoh ini bisa menjadi pemain kunci jika diperlukan perubahan mendesak dalam kepemimpinan rezim Kyiv.

Topik Menarik