Jenderal Tertinggi Ukraina Mengeluh pada Barat: Kami Kesulitan Melawan Rusia

Jenderal Tertinggi Ukraina Mengeluh pada Barat: Kami Kesulitan Melawan Rusia

Global | sindonews | Minggu, 28 April 2024 - 06:39
share

Panglima Militer Ukraina Jenderal Oleksandr Syrsky mengeluh kepada blok Barat bahwa pasukannya kesulitan melawan Rusia. Menurutnya, situasi di garis depan sekarang ini sulit bagi pasukan Kyiv.

Itu disampaikan jenderal tertinggi Ukraina tersebut dalam pertemuan virtual Ramstein Group pada hari Jumat.

Keluhannya muncul di tengah berlanjutnya serangan Rusia di Donbas, yang menyebabkan militer Ukraina kehilangan lebih dari 8.000 tentara hanya dalam satu minggu, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.

Saya memberi tahu anggota koalisi tentang situasi operasional dan strategis yang sulit, yang cenderung menjadi lebih buruk, kata Jenderal Syrsky dalam sebuah unggahan Telegram pada hari Sabtu, di mana dia berbicara tentang pembicaraan dengan negara-negara Barat yang memberikan bantuan militer ke Ukraina.

Kyiv sangat membutuhkan rudal, amunisi, senjata dan peralatan militer, ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today , Minggu (28/4/2024).

Komentar Jenderal Syrksy muncul ketika Amerika Serikat (AS) menyetujui paket bantuan militer lainnya ke Ukraina senilai sekitar USD61 miliar.

Rancangan undang-undang belanja darurat, yang kini sudah disetujui, sebelumnya tertahan di Kongres AS selama berbulan-bulan karena diblokir oleh anggota Parlemen dari Partai Republik yang mencari konsesi dari Gedung Putih mengenai kebijakan kontrol perbatasan AS.

Persetujuan rancangan undang-undang tersebut disambut baik oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang mengatakan kepada NBC bahwa negaranya memiliki peluang untuk menang karena semakin banyak senjata Barat yang akan dikirimkan.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, lebih skeptis terhadap masalah ini, dengan mengatakan bahwa tidak ada satu paket pun yang dapat menghentikan Rusia.

Moskow juga mengatakan bahwa tidak ada senjata Barat yang dapat mengubah dinamika di garis depan. Pasukan Rusia telah melakukan serangan sejak awal tahun 2024, dan merebut kota Avdiivka yang strategis di Donbas pada bulan Februari.

Sejak itu, pasukan Moskow terus bergerak lebih jauh ke barat dan juga merebut beberapa permukiman kecil di wilayah tersebut. Selama seminggu terakhir, mereka mengambil alih dua desa dari pasukan Ukraina, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.

Sebelumnya pada bulan April, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan bahwa Ukraina telah kehilangan hampir 500.000 tentara sejak dimulainya konflik pada Februari 2022.

Para pejabat dan militer Ukraina juga telah berulang kali menunjukkan perlunya mengganti kerugian tersebut. Zelensky baru-baru ini menandatangani undang-undang reformasi radikal sistem mobilisasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah wajib militer dengan menerapkan hukuman keras bagi mereka yang menghindari wajib militer.

Topik Menarik