Arab Saudi Akui Bela Israel dari Serangan Iran

Arab Saudi Akui Bela Israel dari Serangan Iran

Global | sindonews | Selasa, 16 April 2024 - 06:34
share

Arab Saudi telah secara terbuka mengakui perannya dalam membela Israel dari serangan ratusan drone dan rudal Iran pada Sabtu malam atau Minggu dini hari.

Konfirmasi tersebut datang melalui sebuah posting tidak lazim di situs web resmi keluarga kerajaan Arab Saudi.

Menurut posting tersebut, peran Arab Saudi adalah membantu koalisi militer regional yang baru dibentukyang terdiri dari Israel, Amerika Serikat, Yordania, Inggris, dan Prancisyang mengeklaim berhasil menggagalkan serangan Iran.

Posting tersebut merujuk pada sebuah laporan KAN News yang memperinci keterlibatan Arab Saudi dalam operasi militer tersebut, yang berhasil menetralisir 99 dari pesawat tanpa awak dan rudal Iran sebelum mereka mencapai target-targetnya di Israel.

Pernyataan itu menyoroti bahwa banyak dari pesawat tanpa awak dan rudal tersebut telah melewati wilayah udara Yordania dan Arab Saudi dalam perjalanan menuju Israel, yang menegaskan posisi geografis strategis yang dimiliki oleh negara-negara ini.

Yordania telah bersikap vokal tentang partisipasinya, tetapi hingga saat ini, Arab Saudi hanya secara samar-samar mengisyaratkan keterlibatannya. Situs web keluarga kerajaan membagikan wawasan dari sumber keluarga kerajaan Arab Saudi, yang mengakui tindakan kerajaan tersebut terhadap "setiap entitas yang mencurigakan" yang melintasi wilayah udaranya.

Sumber Arab Saudi mengkritik Iran karena menciptakan konflik di Gaza, yang mereka klaim bertujuan untuk menggagalkan pembicaraan normalisasi yang sedang berlangsung dengan Israel.

Sumber tersebut mengutuk Iran sebagai negara yang mendukung terorisme, berargumen bahwa masyarakat internasional seharusnya mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Teheran lebih awal.

Samih al-Maaytah, mantan menteri informasi Yordania, membela tindakan negaranya yang membela Israel dari serangan Iran. Tugas Yordania adalah melindungi tanah dan warganya, katanya. Apa yang dilakukan Yordania kemarin hanyalah melindungi wilayah udaranya.

Yordania mungkin memiliki motivasi yang rumit untuk mendukung Israel. Seperti yang ditulis Deutsche Welle pada hari Minggu, negara tersebut berbatasan dengan Israel dan sering bekerja sama dengan otoritas Israel.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab secara terbuka menyerukan perdamaian di wilayah tersebut. Namun The Wall Street Journal , mengutip para pejabat AS, mengatakan Iran memberi informasi kepada beberapa negara Teluk tentang waktu dan sifat serangan yang direncanakannya. Mereka kemudian menyampaikan informasi tersebut kepada AS, sekutu internasional utama Israel.

Negara-negara Arab diam-diam menyampaikan informasi intelijen tentang rencana serangan Teheran, membuka wilayah udara mereka untuk pesawat tempur, berbagi informasi pelacakan radar atau, dalam beberapa kasus, memasok pasukan mereka sendiri untuk membantu, tulis The Wall Street Journal , mengutip sumber-sumber AS tersebut, Selasa (16/4/2024).

Hal ini dapat membahayakan upaya Saudi untuk meningkatkan hubungan dengan Iran. Pada bulan Maret, Arab Saudi dan Iran memulihkan hubungan dengan bantuan dari China, setuju untuk membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing.

Tanggapan tersebut menunjukkan bahwa penolakan terhadap agresi Iran tetap menjadi faktor kunci yang membentuk pergeseran aliansi di kawasan, meskipun kemarahan semakin meningkat terhadap serangan Israel di Gaza.

Arab Saudi masih tertarik untuk kemungkinan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satu alasannya, menurut laporan The New York Times , adalah mereka mengharapkan adanya jaminan keamanan AS jika mereka diserang oleh Iran.

Yasmine Farouk, seorang sarjana nonresiden di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada The New York Times bahwa banyak negara Arab iri dengan keberhasilan sistem pertahanan Iron Dome Israel, yang dibangun dengan dukungan AS.

Apa yang dilakukan negara-negara Barat di bawah kepemimpinan AS untuk melindungi Israel kemarin adalah apa yang diinginkan Arab Saudi untuk dirinya sendiri, kata Farouk.

Ketakutan negara-negara Arab terhadap agresi Iran adalah faktor kunci yang mendasari Abraham Accordsperjanjian untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab yang ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump.

Kesepakatan yang disetujui Uni Emirat Arab dan Bahrain di kawasan Teluk ini mengesampingkan isu kenegaraan Palestina yang telah lama memecah belah Israel dan tetangganya serta menjanjikan peningkatan dukungan AS terhadap negara-negara Arab terhadap potensi serangan Iran.

Serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, tiba-tiba menghentikan proses tersebut. Yordania dan Arab Saudi termasuk di antara kelompok yang paling menyuarakan kecaman atas serangan Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 33.000 orang.

Namun, menurut berbagai laporan, Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya bersedia untuk melanjutkan diskusi normalisasi hubungan dengan Israel setelah pertempuran di Gaza mereda.

Giorgio Cafiero, CEO Gulf State Analytics, mengatakan kepada Business Insider bahwa negara-negara Arab akan dianggap memberikan bantuan kepada Israel.

Saat ini terdapat banyak kemarahan terhadap Yordania dari banyak pihak di dunia Arab-Islam yang melihat Amman melayani Israel dan kepentingan AS lebih dari enam bulan setelah kampanye pemusnahan Israel di Gaza yang hanya ditentang oleh pemerintah Arab seperti Yordania dalam retorika, bukan tindakan nyata, ujarnya.

Ketika konflik antara Israel dan Iran meningkat, negara-negara Arab menghadapi pilihan sulit antara prioritas keamanan mereka dan mengatasi kemarahan publik terhadap Gaza.

Arab Saudi mengatakan normalisasi dengan Israel harus mencakup jalan realistis menuju negara Palestina. Permintaan itu sepertinya tidak akan dipenuhi oleh pemerintahan Israel saat ini.

Topik Menarik