Investor Pelototi Data Inflasi RI Gara-Gara Harga Beras Meroket

Investor Pelototi Data Inflasi RI Gara-Gara Harga Beras Meroket

Global | IDX Channel | Senin, 26 Februari 2024 - 12:11
share

IDXChannel - Investor saat ini masih mencermati data-data ekonomi yang dirilis, baik dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari suku bunga The Fed, pertumbuhan ekonomi negara lain, hingga laju inflasi di Indonesia yang disebabkan kenaikan harga beras.

Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens mengungkapkan, rilis minutes of meeting dari The Fed menginformasikan akan sangat berhati-hati untuk menurunkan suku bunga terlalu cepat.

"The Fed akan fokus terhadap rilis data ekonomi dalam proses pengambilan keputusannya. The Fed juga menginformasikan bahwa suku bunga saat ini sudah mencapai puncaknya," kata dia dalam risetnya, Senin (26/2/2024).

Sementara itu, sambung Nico, China memangkas suku bunga 5 tahun sebanyak 25 bps ke level 3,95%. Pemangkasan suku bunga ini adalah pertama kalinya sejak Juni 2023.

"Namun patut dicermati pertumbuhan ekonomi yang kurang positif di beberapa negara, di mana pertumbuhan ekonomi di Thailand terkontraksi -0,6% QoQ di kuartal IV-2023 (estimasi: tumbuh 0,1% QoQ)," jelas Nico.

Sementara itu, diakuinya, ada ketidakpastian politik dalam negeri. Investor, lanjut Nico, masih akan mencermati tensi politik dalam negeri, setelah beberapa partai memutuskan untuk menjalankan Hak Angket DPR.

"Hal ini berarti DPR akan membentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan undang-undang maupun kebijakan pemerintah, khususnya terkait dengan Pemilu 2024," terang dia.

Hak angket ini diketahui pernah digunakan sebelumnya ketika, Hak Angket KPK di 2017, Hak Angket Century di 2009 dan Hak Angket Pemilu Legislatif 2009.

Selain itu, menurut Nico, investor mencermati data inflasi di dalam negeri.

"Saat ini, investor juga masih mencermati inflasi dalam negeri, khususnya setelah harga beras premium yang sempat menyentuh rekor di Rp18 ribu per kg, disebabkan oleh produksi yang terbatas di 2023," paparnya.

Sebagai informasi, produksi beras nasional 2023 turun ke 30,9 juta (-2,1% YoY) setelah luas panen yang menyusut ke 10,2 juta hektare (-2,45% YoY).

Sementara itu, informasi lain mengenai surat utang di Indonesia sebagai berikut:

- Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) di Selasa 27 Februari 2024, jam 9-11 WIB, dengan tanggal setelmen di Kamis 29 Februari 2024. Indikasi target sebesar Rp24 miliar, dengan target maksimal di Rp26 miliar.

SUN yang akan dilelang adalah: (1) SPN12240529 (Reopening) jatuh tempo di 29 Mei 2024, dengan tingkat kupon diskonto, (2) SPN12250213 jatuh tempo di 13 Februari 2025, dengan tingkat kupon diskonto, (3) FR0101 (Reopening) jatuh tempo di 15 April 2029, dengan tingkat kupon 6,875%, (4) FR0100 (Reopening) jatuh tempo di 15 Februari 2034, dengan tingkat kupon di 6,625%.

Selain itu, (5) FR0098 (Reopening) jatuh tempo di 15 Juni 2038, dengan tingkat kupon di 7,125%, (6) FR0097 (Reopening) jatuh tempo di 15 Juni 2043, dengan tingkat kupon 7,125% dan (7) FR0102 (Reopening) jatuh tempo di 15 Juli 2054, dengan tingkat kupon di 6,875%.

- PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memperoleh restu dari pemegang Obligasi atas usulan skema penyelesaian pokok dan bunga Obligasi non-penjaminan. Persetujuan tersebut diraih dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yang digelar di Jakarta pada 21-22 Februari 2024

- PT Bank Panin Tbk (PNBN) menyampaikan telah menyiapkan dana untuk melunasi pokok dan bunga Obligasi Suboordinasi berkelanjutan II tahap II tahun 2017, di mana dana yang disiapkan sebesar Rp2,4 triliun untuk melunasi pokok dan bunga obligasi.

- PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menyiapkan anggaran untuk melunasi Obligasi dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Sampoerna Agro Tahap II Tahun 2021 Seri A, yang jatuh tempo pada 17 Maret 2024.

SGRO telah menyiapkan dana untuk melunasi pokok Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2021 Seri A sebesar Rp128 miliar.

- International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) menerbitkan obligasi terkait pengurangan limbah plastik (Plastic Waste Reduction-Linked Bond). Penerbitan obligasi ini senilai USD100 juta (~Rp 1,5 triliun) dengan masa jatuh tempo 7 tahun.

Obligasi ini memberi para investor imbal hasil yang berkaitan dengan Kredit Pengumpulan Limbah Plastik, Kredit Daur Ulang Limbah Plastik (secara kolektif disebut sebagai kredit plastik) dan Verified Carbon Unit (kredit karbon) yang diharapkan dapat diperoleh dari 2 proyek di Ghana dan Indonesia.

(FAY)

Topik Menarik