Isyarat Suku Bunga The Fed Dipangkas 2024, Saham BBCA Layak Dikoleksi?

Isyarat Suku Bunga The Fed Dipangkas 2024, Saham BBCA Layak Dikoleksi?

Global | IDX Channel | Senin, 29 Januari 2024 - 06:06
share

IDXChannel - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA)mencatatkan laba bersih sebesar Rp48,7 triliun di 2023 atau naik 19,4% (YoY).

"Performa positif secara tahunan BBCA itu didorong oleh pertumbuhan kredit yang di atas industri, meningkatnya risk adjusted Net Interest Margin (NIM), serta cost to income yang stabil," kata Analis Saham dari Panin Sekuritas, Nico Laurens dalam risetnya, Jakarta, Minggu (28/1/2024).

Dia menjelaskan, laba bersih perseroan in-line dengan estimasi. Perseroan mencatakan net interest income sebesar Rp19,5 triliun di kuartal IV-2023 (+3,5% QoQ; +7,8% YoY) atau setara dengan Rp75,4 triliun (+17,5% YoY) yang didorong oleh performa positif dari pertumbuhan kredit yang meningkat signifikan di periode tersebut.

"Namun patut dicermati bahwa dampak penuh dari meningkatnya kredit ini baru akan terasa secara penuh di periode 2024," tuturnya.

Lebih jauh Nico memaparkan, laba bersih BBCA tercatat sebesar Rp12,2 triliun di kuartal IV-2023 (-0,3% QoQ; +3,7% YoY) atau setara dengan laba bersih sebesar Rp48,7 triliun di 2023 (+19,4% YoY) in-line dengan proyeksi Panin Sekuritas (102,6%; Cons: 100%).

"Penurunan laba secara kurtalan lebih disebabkan oleh meningkatnya beban G&A. Namun secara tahunan masih positif, karena meningkatnya risk adjusted NIM ke 5,2% di 2023 (2022: 4,6%), serta cost to income yang stabil di 33,8%," jelas dia.

"Patut dicermati bahwa NIM meningkat ke 5,5% di 2023 (2022: 5,3%) didorong oleh meningkatnya porsi earnings asset. Perseroan menargetkan NIM pada 5,5-5,6% di 2024," Nico menambahkan.

Pertumbuhan Kredit BBCA

Pertumbuhan kredit BBCA di atas rata-rata industri. Sementara itu, kredit tercatat sebesar Rp810 triliun di 2023 (+5,8% QoQ; +13,9% YoY).

Peningkatan yang signifikan didorong oleh segmen korporasi yang meningkat ke Rp369 triliun (+8,1% QoQ; +15% YoY) yang lebih disebabkan oleh seasonality, serta timing dari persetujuan kredit.

"Patut dicermati bahwa tingkat utilisasi kredit membaik sejak pandemi, di mana working capital loan di 54% (2020: 52%) dan investment loan di level 82% (2020: 81%)," terangnya.

Performa positif juga terlihat di segmen kredit UKM yang meningkat 15,5% (industri: +8,4%) dengan kontribusi pertumbuhan tertinggi berasal dari Jawa ex Jakarta, yang tumbuh 16,6% YoY dengan kontribusi sebesar 35,9%.

Untuk kredit konsumer juga mengalami pertumbuhan, di mana new booking kredit properti meningkat 2,3 kali dalam 3 tahun terakhir, tumbuh 11,7% YoY di 2023, in-line dengan industri.

"Patut dicermati, auto loan juga meningkat signifikan ke 25,6% YoY (industri Okt-23: +15,3% YoY) didorong oleh permintaan mobil bekas, serta suplai untuk chip mobil yang mulai normal," ujarnya.

Personal loan seperti paylater juga mencatatkan performa yang positif, di mana dalam 2,5 bulan sejak peluncuran, sudah ada 52 ribu konsumen dengan outstanding sebesar Rp115 miliar.

Secara umum untuk kredit, perseroan tidak melakukan repricing di 2023, di mana pertumbuhan lebih didorong oleh volume.

"Perseroan memperkirakan kredit akan tumbuh 9-10% di 2024," ucap Nico.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tumbuh ke Rp1.102 triliun (+1,2% QoQ; +6,0% YoY) dengan CASA atau dana murah yang tumbuh ke Rp885 triliun di 2023 (+1,7% QoQ; +4,3% YoY).

Pertumbuhan CASA ini tercatat masih di atas industri (+2,9% YoY) dan jumlah uang beredar (M2: +3,5% YoY).

"Perlambatan DPK sektor perbankan lebih disebabkan, shifting ke obligasi pemerintah yang memberikan yield yang lebih tinggi serta perlambatan jumlah uang beredar sebagai bagian dari kebijakan moneter yang ketat," Nico menerangkan.

Sementara itu, CASA ratio masih stabil di 80,3% (kuartal III-2023: 79,9%; 2022: 81,6%) dengan likuditas yang juga masih terjaga dengan LDR di 70,2% (kuartal III-2023: 67,4%; 2022: 65,2%).

"Perseroan memperkirakan ada ruang pemangkasan suku bunga deposito sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 75 bps yang akan terjadi di semester II-2024," kata Nico.

Kualitas aset pun terus menunjukan perbaikan. Saat ini, total loan at risk sebesar Rp52,2 triliun, dengan LAR ratio di 6,9% (Sep-23: 7,9%; Dec-22: 10,4%) dengan porsi yang direstrukturisasi turun ke Rp21,4 triliun (-11,2% QoQ; -53,5% YoY).

Saat ini, rasio NPL di level 1,9% (Sep-23: 2,1%) dengan porsi terbesar di segmen korporasi (48,1%).

Rekomendasi untuk Saham BBCA

Dari analisis di atas, berikut rekomendasi Panin Sekuritas untuk saham BBCA di 2024:

"Kami masih merekomendasikan (saham BBCA) BUY dengan TP: Rp10.600 (implied PB 4x di 2024) didorong oleh pertumbuhan kredit yang di atas industri, performa CASA yang juga tercatat positif, ruang perbaikan kualitas kredit, serta posisi likuiditas yang kuat," pungkas Nico.

(FAY)

Topik Menarik