Kisah Suku Apatani, Sumbat Hidung karena Terlalu Cantik

Kisah Suku Apatani, Sumbat Hidung karena Terlalu Cantik

Global | inewsid | Rabu, 12 Januari 2022 - 16:14
share

JAKARTA, iNews.id - Kisah Suku Apatani yang menyumbat lubang hidung karena terlalu cantik mungkin terdengar aneh. Setiap perempuan umumnya ingin tampil cantik, namun hal ini mungkin tidak berlaku bagi masyarakat Suku Apatani.

Suku Apatani mendiami dataran tinggi Apatani, Negara Bagian Arunachal Pradesh, India. Mereka menganut kepercayaan animistik yang disebut Donyi Polo. Donyi berarti matahari dan Polo berarti bulan dianggap kekuatan saling berlawanan, namun saling melengkapi.
Di Arunachal Pradesh, Donyi-Polo merupakan kepercayaan umum yang juga dianut suku Sino-Tibet.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat Suku Apatani bercocok tanam dan menangkap ikan.

Perempuan Suku Apatani disebut-sebut memiliki paras cantik. Akan tetapi kecantikan ini justru membawa masalah. Di masa lalu, perempuan-perempuan Suku Apatani sering diculik oleh suku tetangga untuk dijadikan istri.

Untuk mencegah hal itu, para tetua meminta setiap perempuan Suku Apatani untuk menyumbat lubang hidung serta menato wajah mereka. Tujuannya agar mereka tidak terlihat menarik sehingga terhindar dari penculikan.

Lambat laun, setelah penculikan tak lagi terjadi, kebiasaan tersebut menjadi tradisi dan identitas para perempuan Suku Apatani. Sejak usia dini, anak-anak perempuan disumbat hidung dan ditato wajahnya dengan motif garis lurus dari ujung dahi ke hidung, serta garis di bawah bibir hingga ujung dagu.

Penyumbat hidung yang digunakan Suku Apatani disebut dengan Tippei. Meskipun ukurannya lebih besar dari hidung, Tippei mampu menyumbat lubang hidung dan membuat alat indera penciuman itu menjadi lebih besar.

Tippei terbuat dari gumpalan tinta hitam yang dicampur lemak babi dan butiran arang halus. Orang yang memakainya masih bisa bernapas. Konon, pada setiap embusan napas dari hidung yang tersumbat, terdapat keyakinan dan kepercayaan bahwa apa yang dilakukan ini merupakan kebenaran dan identitas perempuan Suku Apatani.

Merujuk Ed Times, praktik penggunaan sumbat hidung telah dilarang oleh Pemerintah India pada awal 1970-an. Itulah mengapa saat ini hanya perempuan Suku Apatani berusia di atas 45 tahun yang masih melakukannya. Namun, larangan tersebut masih dipertanyakan. Pasalnya, perempuan-perempuan Suku Apatani, khususnya orang tua, menganggap tradisi menyumbat hidung adalah identitas mereka.

Apakah bagian dari tradisi budaya suatu masyarakat dapat dilarang begitu saja? Di sini lain, generasi muda menolak praktik semacam itu, karena akan menghalangi kesempatan mencari pekerjaan dan bersosialisasi yang lebih luas.

Original Source