Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Sindrom Sorry Habit

Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Sindrom Sorry Habit

Gaya Hidup | okezone | Sabtu, 20 Desember 2025 - 10:08
share

JAKARTA - Gejala, penyebab, dan cara mengatasi Sindrom Sorry Habit. Apakah kamu sering mengucapkan "maaf" dalam percakapan dengan orang lain?

Misalnya, apakah sering mengatakan hal-hal seperti, "Astaga, maaf sekali cuacanya buruk sekali!" atau memulai kalimat dengan, "Maaf mengganggu, bolehkah saya bertanya sesuatu?"

Kalau iya, mungkin kamu mengidap "Sindrom Sorry Habit" atau “Sindrom Minta Maaf.”

Apa Itu Sindrom Minta Maaf?

Ini adalah dorongan untuk meminta maaf terus-menerus, bahkan untuk hal-hal di luar kendali kita atau untuk tindakan yang kita yakini tidak salah.

Melansir Higherechelon, berikut beberapa gejala Sindrom Sorry Habit:

  • kamu meminta maaf atas hal-hal yang berada di luar kendali kamu.
  • kamu meminta maaf atas tindakan orang lain.
  • kamu meminta maaf atas interaksi normal sehari-hari (misalnya, bergeser melewati seseorang yang duduk di barisan kamu di bioskop atau pesawat).
  • kamu meminta maaf kepada benda mati.
  • kamu meminta maaf atas hal-hal yang menurut kamu tidak salah.
  • kamu meminta maaf ketika kamu mencoba bersikap tegas.

Bahasa itu penting. Ketika kita terlalu sering meminta maaf, kita melemahkan komunikasi dan merendahkan diri sendiri. Permintaan maaf yang tulus tidak hanya terdengar hampa ketika kita terus-menerus meminta maaf, tetapi kita juga menciptakan lanskap batin yang ditandai dengan perasaan tidak layak untuk membiarkan keyakinan, permintaan, dan pernyataan umum kita berdiri sendiri.

Alih-alih mengucapkan maaf dengan asal-asalan, cara yang baik untuk menganalisis apakah permintaan maaf itu perlu atau bermanfaat adalah dengan bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya perlu meminta maaf?” dan “Apakah saya melakukan sesuatu yang benar-benar memenuhi kriteria berikut?”

Kapan Harus Meminta Maaf?

  • Ketika kamu telah menyakiti seseorang.
  • Ketika kamu telah menyinggung, mengecewakan, atau menyakiti perasaan seseorang.
  • Saat kamu menyesali perilaku kamu (bukan saat orang lain tidak menyukai perilaku kamu, tetapi kamu tetap mempertahankannya).
  • Ketika kamu melakukan kesalahan dan kesalahanmu berdampak pada orang lain.
  • Untuk mengakhiri perselisihan dan meninggalkan dendam lama.
  • Saat kamu perlu meminta maaf pada diri sendiri.

Terlalu banyak dari kita yang terbiasa menyisipkan kata "maaf" dalam bahasa kita sesering kita menggunakan jeda verbal seperti "um". Dengarkan diri kamu minggu ini dan perhatikan seberapa sering kamu meminta maaf. Berapa banyak dari permintaan maaf itu yang tidak perlu? Mulailah menahan lidah kamu ketika kamu merasa ingin meminta maaf. Tidak hanya orang lain akan lebih menghormati kamu, kamu juga akan lebih menghormati diri sendiri.

Topik Menarik