Miris! Korban Banjir Sumatera Terima Sumbangan Baju Bolong dan Sepatu Jebol

JAKARTA - Bencana banjir yang melanda wilayah Sumatera membuat masyarakat hingga para publik figur bergerak menyalurkan bantuan. Donasi yang diberikan beragam, mulai dari uang, makanan, hingga pakaian.

Namun, tidak semua bantuan yang dikirimkan ternyata layak pakai. Beberapa donasi justru berupa pakaian tidak layak, seperti baju robek dan sepatu jebol, yang membuat banyak pihak merasa prihatin.

Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah korban bencana membuka karung berisi tumpukan pakaian dan sepatu. Sayangnya, sebagian besar barang tersebut berada dalam kondisi rusak hingga tidak bisa digunakan.

Video tersebut disertai tulisan:
"Memberi bukan berarti menyingkirkan sisa barang. Memberi adalah memastikan apa yang keluar dari tangan kita masih pantas dikenakan, masih bisa membuat hari penerima tenang dan senang."

Unggahan itu memicu reaksi keras warganet. Banyak yang mempertanyakan hati nurani oknum pemberi donasi yang sengaja mengirimkan pakaian dalam kondisi tak layak.

Sejumlah komentar warganet bahkan meminta adanya standar kelayakan dalam menyalurkan donasi sandang misalnya pakaian harus dalam keadaan bersih, tidak sobek, kancing lengkap, serta benar-benar bisa dipakai tanpa menambah beban para korban.

Ada pula warganet lain yang mengaku ingin ikut berdonasi dengan barang-barang layak pakai yang sudah jarang digunakan.

Beberapa komentar warganet:

"Gilak sih ini yang ngasih, hati nurani lu pada ke mana? Astaga, kalau nggak mau bantu jangan begini lah." @shelly_syafrizal

"Itu mah membuang, bukan memberi." @febrinazu_

"Ini hanya sebagian kecil orang yang tidak berniat memberi. Masih banyak yang tulus membantu." @moelan_catur

Sebagai informasi, bencana alam di Sumatera saat ini tengah menjadi sorotan. Banyak korban masih terisolasi dan sangat membutuhkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, hingga pakaian layak pakai.

Sejumlah influencer seperti Ferry Irwandi, Praz Teguh, dan lainnya telah turun langsung ke lokasi banjir untuk menyalurkan bantuan. Masyarakat pun terus berdatangan memberikan dukungan.

Namun, kasus donasi pakaian tak layak ini kembali mengingatkan bahwa memberi bantuan harus dilakukan dengan hormat dan empati, bukan menjadikannya sebagai ajang membuang barang-barang yang tak lagi ingin dipakai.