Pangeran Harry Kenang Momen Pilu Berjalan di Belakang Peti Mati Putri Diana

Pangeran Harry Kenang Momen Pilu Berjalan di Belakang Peti Mati Putri Diana

Gaya Hidup | sindonews | Senin, 8 September 2025 - 13:20
share

Pangeran Harry mengenang momen pilu berjalan di belakang peti mati sang ibu, Putri Diana kembali menjadi sorotan dalam 28 tahun meninggalnya sang Putri Wales. Saat itu, Harry yang baru berusia 12 tahun harus ikut dalam prosesi bersama kakaknya, Pangeran William, menyusuri jalanan London di tengah lautan pelayat yang berduka.

Dalam memoarnya Spare, Pangeran Harry mengenang momen menggetarkan itu sebagai pengalaman yang meninggalkan luka mendalam. Meski pamannya Earl Spencer sempat menentang keputusan tersebut, Harry bersikeras berjalan di sisi William karena tidak ingin sang kakak menghadapi duka besar itu seorang diri.

Dilansir dari Marca, London kala itu dipenuhi lautan bunga, ribuan orang berbaris di sepanjang jalan, dan William serta Harry, berjalan dengan kepala tertunduk di belakang peti mati ibunda mereka. Momen tersebut tidak hanya menggoreskan luka pribadi bagi keluarga kerajaan, tetapi juga menjadi simbol kesedihan mendalam bangsa Inggris.

28 Tahun setelah Kepergian Putri Diana

Baca Juga:Pangeran Harry Ajukan 3 Tuntutan ke Raja Charles III, Paksa Kerajaan Hormati Meghan Markle

Keputusan Tetap Berjalan Bersama

Dalam memoarnya Spare, Pangeran Harry mengenang kembali masa sulit itu. Ia menceritakan bahwa pamannya, Earl Spencer, menentang keras keputusan agar kedua pangeran kecil ikut berjalan dalam prosesi sepanjang satu mil dari Istana Kensington menuju Westminster Abbey. “Kalian tidak bisa memaksa anak-anak ini berjalan di belakang peti mati ibu mereka! Itu biadab,” ujar Spencer kala itu.

Perdebatan sebelum Prosesi Pemakaman

Awalnya sempat diusulkan hanya William, yang berusia 15 tahun, yang akan mengikuti prosesi, sementara Harry yang masih berusia 12 tahun tidak diwajibkan hadir. Namun, keputusan akhirnya menetapkan keduanya harus ikut berjalan.

Menurut Harry, langkah itu seakan dirancang untuk mendapatkan simpati publik. Meski demikian, ia menegaskan bahwa dirinya memilih untuk tetap berada di sisi sang kakak karena merasa William tidak pantas menghadapi momen berat itu seorang diri.

Foto/Vogue

Baca Juga:Masalah Keuangan Hantui Pangeran Harry, Kontrak Baru Netflix Dinilai Lebih Kecil

Prosesi yang Menghantui Ingatan

Pada pagi 6 September 1997, William dan Harry berjalan di belakang kendaraan yang membawa peti jenazah Putri Diana, diapit ayah mereka Raja Charles III, kakeknya, Pangeran Philip, serta pamannya, Earl Spencer. Harry mengaku saat itu ia merasa mati rasa.

"Saya ingat tangan saya terkepal, mata hanya tertuju ke tanah, dan kekuatan saya berasal dari keberadaan William di samping saya,” tulis suami Meghan Markle itu dilansir dari Marca, Senin (8/9/2025).

Suasana hening yang mencekam menyelimuti prosesi, meski jutaan orang memadati jalanan London. Harry mengenang detail suara yang masih melekat dalam benaknya, derap kaki enam kuda cokelat, derit roda kereta perang, dan dentingan kekang.

Pemakaman dan Tangisan Pertama

Setelah upacara di Westminster Abbey, peti jenazah Diana dibawa ke Althorp, tanah milik keluarga Spencer. Perjalanan sempat terhambat karena bunga-bunga yang dilemparkan pelayat menutupi ventilasi kendaraan.

Baru setelah seluruh prosesi selesai, Harry menuliskan bahwa bendungan emosinya pecah. Menurutnya, air mata itu bukan karena ia percaya ibunya berada di dalam peti, melainkan karena bayangan tragis itu terasa terlalu menyakitkan jika memang benar adanya."Tubuh saya kejang-kejang, dagu jatuh, dan saya menangis tak terkendali sambil memegangi tangan saya. Saya malu karena melanggar etika keluarga, tapi tidak sanggup menahannya lebih lama," ungkapnya.

Baca Juga:Pangeran Harry-Meghan Markle Disebut Jelek-jelekkan William-Kate Middleton dengan Kata Kejam

Luka yang Membekas Selamanya

Kisah pilu adik ipar Kate Middleton ini berjalan di belakang peti mati Diana hingga kini masih membekas kuat. Momen itu bukan hanya menggambarkan duka mendalam seorang anak kehilangan ibunya, tetapi juga menyoroti beban besar yang ditanggung keluarga kerajaan di hadapan publik dunia.

28 tahun kemudian, luka itu tetap menjadi bagian dari ingatan kolektif Inggris dan kisah pribadi yang sulit dilupakan oleh Pangeran Harry.

Topik Menarik