Begini Cara Kemendiktisaintek Membumikan Sains dan Teknologi kepada Masyarakat
Ditjen Sains dan Teknologi melalui Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Dit. Minat Saintek) Kemendiktisaintek akan meluncurkan program bertema Semesta (Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara) sebagai payung komunikasi utama dalam memperkenalkan program-program strategis yang akan menjadi motor penggerak diseminasi dan pemanfaatan sains dan teknologi (saintek).
Program Semesta dibuat untuk menghadirkan saintek yang inklusif, aplikatif, dan berkelanjutan, sehingga dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat.
Baca juga: 9 Menteri dan Wamen Lulusan ITB di Kabinet Prabowo, Nomor 1 Ilmuwan Nanoteknologi
Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma mengatakan, berdasarkan studi Nature Human Behaviour tahun 2025, tingkat kepercayaan publik Indonesia terhadap ilmuwan tercatat sebesar 3,84 dari skala 5, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 3,62 dan sejajar dengan Malaysia serta Meksiko.
"Secara global, Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan tingkatkepercayaan tinggi terhadap ilmuwan. Fakta ini tentu menggembirakan, namun sekaligus mengandung tantangan besar,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (1/8/2025).Menurut Yudi, hasil studi tersebut merupakan momentum untuk meningkatkan minat serta partisipasi masyarakat terhadap saintek. Perguruan tinggi perlu didorong untuk menjadi katalisator perubahan dalam membumikan saintek, sehingga dalam j angka panjang akan terwujud masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (citizen science), ekosistem saintek yang inklusif, serta ekonomi berbasis inovasi yang berdampak pada kesejahteraan bersama.
Hal ini yang kemudian menjadi misi Direktorat Minat Saintek melalui empat program yang tergabung dalam Semesta.Semesta merupakan pendekatan terpadu dalam membangun budaya sains yang hidup di tengah masyarakat dengan mengintegrasikan tiga spektrum komunikasi sains, yaitu literasi sains (science literacy), pemahaman publik (public understranding), dan keterlibatan publik (public engagement).
Ketiga pola tersebut mengedepankan prinsip kolaborasi, ko-kreasi, pelestarian pengetahuan, diplomasi sains, integrasi lintas sektor, dan orientasi pada dampak jangka panjang.
“Keempat program yang tergabung dalam Semesta adalah, In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, danPanen Raya Berdikari. Program-program ini selaras dengan arahan Mendiktisaintek untuk menghadirkanprogram yang berdampak, khususnya bagi masyarakat,” tutur Yudi.
Keempat program ini diyakini tidak hanya memperluas jangkauan hasil riset dan inovasi, tetapi juga membangun jejaring antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah dalam menciptakan ekosistem saintek yang hidup dan berkelanjutan.
Yudi menambahkan, saintek harus hadir di tengah masyarakat, mudah dipahami, dirasakan manfaatnya, dan mampu menjawab persoalan nyata. Program Semesta juga disusun untuk memperkuat posisi perguruan tinggi sebagai simpul utama dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi ke masyarakat, serta menjawab berbagaitantangan kebutuhan literasi saintek melalui kolaborasi yang kuat antar pemangku kepentingan.
“Kami berharap program-program ini dapat diakses oleh seluruh sivitas akademika perguruan tinggi. Kamirencana akan melakukan sosialisasi secara daring terkait Program Semesta besok, Jumat 1 Agustus 2025kepada seluruh perguruan tinggi. Kami ingin agar sains dan teknologi tidak hanya diposisikan sebagai ranahakademik, tetapi juga sebagai kekuatan budaya dan pemberdayaan masyarakat," pungkasnya.










