Kisah Baida Rani, Guru Madrasah yang Setia Mengajar di Pedalaman 3T demi Anak Negeri

Kisah Baida Rani, Guru Madrasah yang Setia Mengajar di Pedalaman 3T demi Anak Negeri

Gaya Hidup | sindonews | Sabtu, 19 Juli 2025 - 20:30
share

Ini kisah inspiratif dari Baida Rani, guru madrasah asal Aek Nabara Labuhan Batu. Baida Rani sebelumnya mengajar di SMA dan SMK Swasta Tanjung Morawa.

Pada 2024, dia lulus CPNS dan ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Humbang Hasundutan, daerah terpencil di desa Parmonangan Kecamatan Pakkat.

Guru kelahiran 1995 ini memiliki hobi membaca dan terinspirasi dengan dr. Aisah Dahlan, seorang dokter yang menginspirasi banyak orang dengan berbagai tips psikologi dan neuparenting.

Baca juga: 10 SMA Swasta Paling Berprestasi di Indonesia, Pesantren dari Sragen Ini Juaranya

Perjuangan Rani dimulai sejak dirinya lulus seleksi CPNS pada tahun 2024. Ia awalnya tidak menyangka akan ditempatkan di madrasah daerah pedalaman yang hanya bisa dijangkau dengan sepeda motor trail atau berjalan kaki puluhan menit.Akses jalan yang rusak parah, jaringan telekomunikasi yang nyaris tak ada, dan keterbatasan fasilitas sekolah bukanlah halangan baginya. Justru itu menjadi cambuk untuk terus belajar, bertahan, dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak di pelosok negeri.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru 2025, Kemendikdasmen Tegaskan Kurikulum Merdeka dan K13 Tetap Berlaku

“Awalnya saya kaget, karena harus jauh dari suami dan keluarga dan fasilitas serba terbatas. Tapi ketika melihat semangat anak-anak untuk belajar, semua rasa lelah itu hilang,” ujar Rani, mengutip laman Kemenag, Sabtu (19/7/2025).

Madrasah tempat Rani mengajar hanya memiliki ruang kelas sederhana. Sebagian siswa harus duduk berdesakan karena minimnya meja dan kursi. Namun, antusiasme mereka untuk menuntut ilmu luar biasa. Tak jarang, mereka datang dengan berjalan kaki sejauh 3 hingga 5 kilometer setiap hari.

Baca juga: Top, Siswa Indonesia Sabet 4 Medali di Olimpiade Kimia DuniaRani mengajar sebagai guru kelas. Di sela-sela kesibukan mengajar, ia juga membantu para guru senior menyusun program belajar tambahan bagi siswa yang tertinggal. Tidak jarang, ia juga turun tangan dalam kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan madrasah, mulai dari membersihkan halaman hingga membantu perbaikan ringan bangunan.

“Saya merasa inilah bentuk nyata dari pengabdian sebagai guru. Bukan hanya mengajar, tapi juga ikut membangun karakter dan semangat anak-anak di sini,” tambahnya.

Meski berada jauh dari keramaian kota, Rani tidak merasa sendiri. Ia membentuk komunitas kecil bersama beberapa guru muda lainnya yang juga ditempatkan di daerah terpencil. Mereka saling menyemangati, berbagi materi ajar.

Kementerian Agama mengakui peran besar para guru CPNS seperti Rani dalam mengangkat kualitas pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Kepala Madrasah tempat Rani mengajar Ridawati Sinaga S.Pd menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas dedikasi para guru muda.

Baca juga: Ribuan Siswa SMA Jajal Suasana Kuliah Kampus Unggul di Maranatha Vaganza“Mereka adalah pahlawan sejati. Datang dengan hati, bekerja dengan ikhlas, dan memberi harapan bagi generasi penerus bangsa,” ujar Rahida.

Meski jalanan berlumpur, hujan deras, atau rindu kepada sang Suami dan Keluarga , Rani memilih untuk tetap bertahan. Baginya, menjadi guru bukan hanya profesi, tetapi panggilan jiwa.

“Saya percaya, pendidikan adalah kunci perubahan. Jika kita mau bergerak dan mengajar dari hati, maka perubahan itu akan nyata, meski dimulai dari pelosok terpencil,” pungkasnya.

Semangat Rani adalah potret dari ribuan guru muda di seluruh pelosok negeri yang rela meninggalkan kenyamanan demi mencerdaskan anak bangsa. Di balik keterbatasan, mereka hadir membawa harapan. Di tengah heningnya hutan dan jalanan rusak, suara mereka menggema: “Kami ada untuk mengabdi.”

Topik Menarik