Tarian Anak di Atas Perahu Pacu Jalur Viral dan Mendunia, Begini Sejarahnya

Tarian Anak di Atas Perahu Pacu Jalur Viral dan Mendunia, Begini Sejarahnya

Gaya Hidup | sindonews | Kamis, 3 Juli 2025 - 20:27
share

Tradisi budaya Pacu Jalur dari Riau tengah jadi pusat perhatian dunia maya usai viralnya aksi seorang anak kecil yang menari di ujung perahu saat perlombaan berlangsung. Keunikan momen ini terekam dalam video yang menyebar luas di berbagai platform media sosial.

Dalam video tersebut, terlihat puluhan anak mendayung perahu panjang khas Pacu Jalur, sementara seorang bocah—dikenal dengan julukan Anak Coki—menarikan gerakan lincah di bagian depan perahu. Tarian itu tak hanya menghibur penonton lokal, tapi juga menginspirasi warga dunia, bahkan hingga ditiru oleh para pesepak bola dari klub Paris Saint-Germain (PSG) saat merayakan kemenangan mereka.

Baca juga: Festival Pacu Jalur Tradisional Masuk 10 Karisma Event Nusantara Kemenparekraf

Mengenal Pacu Jalur, Warisan Budaya Kuantan Singingi

Mengutip situs resmi Kota Jalur pada Kamis (3/7/2025), Pacu Jalur merupakan lomba perahu tradisional yang digelar rutin di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Acara ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat setempat, dengan jumlah perahu (jalur) yang bisa mencapai lebih dari 100 tim.

Perahu yang digunakan disebut "jalur", yakni perahu besar berbahan kayu utuh tanpa sambungan, dan mampu mengangkut 45–60 pendayung. Tradisi ini dipercaya telah ada sejak tahun 1903 dan kini menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Riau untuk mendongkrak sektor pariwisata, baik lokal maupun internasional.

Pada masa kolonial Belanda, Pacu Jalur digunakan untuk meramaikan perayaan adat dan ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, setiap tanggal 31 Agustus. Saat itu, lomba Pacu Jalur digelar selama dua hingga tiga hari, tergantung jumlah peserta.

Jejak Sejarah Pacu Jalur Sejak Abad ke-17

Tradisi Pacu Jalur berasal dari abad ke-17, bermula sebagai moda transportasi air utama masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Kuantan. Dengan keterbatasan sarana darat kala itu, perahu besar ini menjadi andalan warga untuk berpindah dari satu desa ke desa lain.Seiring waktu, bentuk dan fungsi jalur berkembang. Perahu dihiasi dengan ornamen kepala hewan seperti buaya, ular, atau harimau, lengkap dengan payung, tiang, dan selendang. Lambat laun, jalur tak sekadar alat angkut, tapi juga penanda status sosial. Pengguna jalur dihormati sebagai kaum bangsawan.

Dari alat transportasi, jalur kemudian menjadi sarana perlombaan. Warga menggelar balapan perahu sebagai bentuk perayaan hari-hari besar Islam dan Hari Kemerdekaan RI. Kini, Pacu Jalur menjelma menjadi festival budaya penuh warna, dengan semangat kompetisi, dentuman meriam pembuka, dan teriakan semangat yang menggema di tepi Sungai Kuantan.

Dengan pesona unik dan cerita sejarahnya yang kaya, Pacu Jalur tak hanya membanggakan masyarakat Riau, tapi juga mengangkat citra budaya Indonesia di mata dunia.

Topik Menarik