Tak Hanya Makanan Pedas, Luka Batin Juga Jadi Pemicu GERD

Tak Hanya Makanan Pedas, Luka Batin Juga Jadi Pemicu GERD

Gaya Hidup | okezone | Rabu, 25 Juni 2025 - 14:15
share

BANYAK orang mengira kambuhnya penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) semata-mata disebabkan oleh makanan pedas atau pola makan yang buruk. Namun, menurut dr. Yuliana, CHt, seorang dokter sekaligus hypnotherapist, ada faktor lain yang sering luput diperhatikan: luka batin dan beban mental yang tidak disadari.

Dalam kutipan unggahan akun Instagram pribadinya @dr.yuliana.cht yang dikutip pada Rabu (25/6/2024), ia membagikan pengalaman menarik dari seorang pasiennya yang menderita GERD kronis.

“Dia sudah berobat ke mana-mana, endoskopi hasilnya normal, tapi lambung tetap terasa nggak enak. Setelah saya wawancara dan lakukan hipnosis, ternyata penyebabnya bukan fisik, tapi kelelahan emosional,” jelas dr. Yuliana.

Pasien tersebut, menurutnya, tampak baik-baik saja secara lahiriah. Namun saat sesi terapi mendalam dilakukan, barulah terungkap bahwa ia selama ini menyimpan kelelahan batin yang besar. Sejak kecil, ia kerap dihina dan merasa tidak dihargai oleh orang-orang terdekat. Kini, sebagai orang dewasa, ia terus berusaha keras membuktikan dirinya bisa tanpa menyadari bahwa tubuh dan jiwanya mulai kewalahan.

“Dia terus mengejar sesuatu yang ‘lebih’, tanpa pernah memberi waktu untuk dirinya sendiri. Tidak ada ruang untuk me-time, tidak ada istirahat. Ini bukan cuma capek fisik, tapi batin yang lelah karena luka lama yang belum sembuh,” ujar dr. Yuliana.

 

Ia pun mengingatkan, kondisi seperti ini bisa dialami siapa saja termasuk para profesional yang terlihat sukses. Dr. Yuliana bahkan mengajak seorang rekan dokter, dr. Richard, untuk melihat ke dalam diri sendiri. “Kenapa saya secapek ini? Kenapa saya tidak bisa tenang? Kenapa saya selalu merasa harus lebih, lebih, dan lebih lagi?” tanyanya.

Ia menambahkan, dalam proses mengejar pencapaian, sering kali orang tua justru kehilangan momen berharga bersama anak-anak. Padahal, menurutnya, masa-masa tumbuh kembang anak tidak akan bisa diulang.

“Lebih baik kita membangun anak-anak yang kuat daripada memperbaiki orang dewasa yang rusak. Itu jauh lebih sulit. Uang tidak akan banyak berarti kalau akhirnya kehilangan kehangatan dan koneksi dengan keluarga,” tegasnya.

Melalui kisah ini, dr. Yuliana mengajak masyarakat untuk tidak mengabaikan sinyal-sinyal kelelahan batin. Menjaga kesehatan mental bukan hanya soal pikiran yang tenang, tetapi juga bagian penting dari menjaga kesehatan fisik secara menyeluruh termasuk lambung dan jantung.

Topik Menarik