Studi: Sepertiga Perempuan Usia 18 Tahun di Jepang Diprediksi Tidak Akan Punya Anak

Studi: Sepertiga Perempuan Usia 18 Tahun di Jepang Diprediksi Tidak Akan Punya Anak

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 10 Juni 2025 - 06:00
share

Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa sepertiga perempuan berusia 18 tahun di Jepang diperkirakan tidak akan pernah memiliki anak sepanjang hidupnya. Temuan ini menyoroti semakin seriusnya krisis demografi di Negeri Sakura, yang terus mengalami penurunan angka kelahiran selama lebih dari empat dekade.

Berdasarkan laporan terbaru dari Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial (IPSS), sekitar 33,4 persen perempuan Jepang yang lahir pada tahun 2005 kemungkinan besar tidak akan memiliki anak sepanjang hidupnya. Temuan ini menambah kekhawatiran atas laju penurunan populasi yang terus berlanjut di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.

IPSS menyusun proyeksi ini dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti usia rata-rata menikah dan pola kesuburan. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah kecenderungan generasi muda Jepang untuk menikah di usia yang lebih tua atau bahkan memilih untuk tidak menikah sama sekali.

Menurut Direktur Riset Dinamika Kependudukan IPSS Miho Iwasawa, menikah di usia akhir 30-an umumnya menghasilkan satu anak, atau tidak sama sekali. “Tren pernikahan yang tertunda jelas berkontribusi pada rendahnya angka kelahiran,” ujarnya dilansir dari Times of India, Selasa (10/6/2025).

Baca Juga:Pemerintah Jepang Beri Rp64 Juta untuk Wanita Kota yang Mau Menikah dengan Pria DesaPerdana Menteri Fumio Kishida menyadari urgensi masalah ini. Pada Juni lalu, ia mengumumkan serangkaian kebijakan baru yang disebut belum pernah dilakukan sebelumnya. Termasuk pemberian insentif lebih besar bagi keluarga dengan tiga anak atau lebih.

Meski begitu, data terbaru pemerintah menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun ini, jumlah kelahiran bayi, termasuk dari ekspatriat Jepang menurun sebesar 3,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, hanya mencapai 371.052 kelahiran.

Faktor Penyebab Angka Kelahiran di Jepang Menurun

Banyak kalangan muda di Jepang mengaku ragu untuk membentuk keluarga karena tekanan ekonomi. “Dengan tingginya biaya hidup, saya merasa banyak orang tidak yakin sanggup punya anak,” kata perempuan 23 tahun, Anna Tanaka kepada Reuters.

Biaya pendidikan turut menjadi beban tersendiri. Data menunjukkan bahwa biaya kuliah di universitas swasta melonjak lima kali lipat sejak 1975, dan bahkan 19 kali lipat untuk universitas negeri. Hal ini membuat banyak pasangan mempertimbangkan ulang keinginan memiliki anak.Baca Juga:8 Rahasia Panjang Umur Orang Jepang yang Bikin Hidup Lebih Lama dan Sehat

Populasi Jepang Diprediksi Anjlok Drastis

Jumlah penduduk Jepang yang mencapai sekitar 126 juta jiwa pada tahun 2020, diperkirakan akan menyusut menjadi 87 juta jiwa pada 2070. Penurunan ini akan mengubah struktur masyarakat secara drastis, terutama dengan meningkatnya proporsi warga lanjut usia dan berkurangnya angkatan kerja muda.

Lebih mengejutkan lagi, pada tahun 2022, Jepang mencatat kurang dari 800.000 kelahiran. Ini merupakan angka terendah dalam sejarah modern negara tersebut. Saat ini, tingkat kelahiran di Jepang berada di angka 1,34, jauh dari angka ideal 2,07 yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan populasi.

Jepang Hadapi Fase Krisis Demografi

Dengan tren kelahiran yang terus merosot dan jumlah penduduk yang diperkirakan menurun tajam, Jepang sedang memasuki masa krisis demografi besar. Apabila tidak segera ditangani secara menyeluruh, melalui reformasi kebijakan, dukungan sosial, dan perubahan budaya, masa depan Jepang sebagai negara dengan populasi produktif bisa berada dalam bahaya serius.

Baca Juga:Populasi Menurun, Warga Jepang Diprediksi Akan Bermarga Sato pada 2531

Topik Menarik