Keren! Mahasiswi UNM Ubah Limbah Dapur Jadi Sabun Ramah Lingkungan, Edukasi ke Warga

Keren! Mahasiswi UNM Ubah Limbah Dapur Jadi Sabun Ramah Lingkungan, Edukasi ke Warga

Gaya Hidup | celebes.inews.id | Kamis, 15 Mei 2025 - 16:24
share

MAKASSAR, iNewsCelebes.id – Sejumlag Mahasiswi dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan kegiatan produksi sabun cair ramah lingkungan di Komunitas Pelipur (Penyelamat Lingkungan dari Dapur), sebuah komunitas yang bergerak dalam pelestarian lingkungan berbasis rumah tangga.  Kegiatan ini dalam rangka menjalankan program Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) Proyek Kemanusiaan.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga bagian dari upaya edukasi terhadap pentingnya pengelolaan limbah organik rumah tangga, terutama limbah dapur. Sabun yang diproduksi berasal dari bahan alami, yakni eco enzyme—larutan hasil fermentasi limbah dapur seperti kulit buah, air, dan gula—yang dikenal memiliki sifat antibakteri, antijamur, serta aman bagi lingkungan.

“Kegiatan ini kami lakukan untuk berbagi sabun ramah lingkungan kepada warga sekitar sekaligus mengenalkan cara memanfaatkan limbah dapur secara kreatif,” ujar Siti Nuraliza, salah satu mahasiswi peserta program, saat ditemui di lokasi kegiatan.

Edukasi Lewat Aksi Nyata

Meskipun warga tidak dilibatkan secara langsung dalam proses produksi sabun, kegiatan ini tetap ditujukan untuk mereka sebagai penerima manfaat. Mahasiswa berharap, dengan membagikan sabun berbahan dasar eco enzyme, warga dapat lebih terbuka terhadap konsep daur ulang dan pengelolaan sampah organik.

Proses produksi dilakukan secara mandiri oleh para mahasiswa, dengan memperhatikan aspek kebersihan, keamanan, dan keberlanjutan. Langkah-langkah pembuatan sabun pun cukup sederhana dan bisa dilakukan di rumah.

 

Proses Pembuatan Sabun Eco Enzyme

Pembuatan sabun diawali dengan melarutkan 1 kilogram Methyl Ester Sulfonate (MES) dalam 5 liter air panas, hingga larut sempurna. Setelah larutan mendingin, ditambahkan 1 liter eco enzyme secara perlahan sambil terus diaduk agar tercampur merata. Penambahan eco enzyme dilakukan setelah suhu turun agar mikroorganisme di dalamnya tetap aktif dan tidak mati akibat suhu tinggi.

Langkah selanjutnya adalah menambahkan 200 gram garam dapur sebagai pengental alami. Untuk menambah nilai estetika dan aroma, sabun dapat diberi tambahan pewarna alami atau minyak esensial sebagai pewangi, meskipun ini bersifat opsional.

Yang menarik, para mahasiswa juga menggunakan botol bekas sebagai wadah sabun yang telah jadi. Ini merupakan bagian dari kampanye pengurangan sampah plastik serta bentuk dukungan terhadap gerakan daur ulang yang selama ini digaungkan oleh komunitas Pelipur.

Dari Kulit Buah Menjadi Sabun: Pesan Besar di Balik Aksi Sederhana

Kegiatan ini menjadi refleksi bahwa upaya menjaga lingkungan bisa dimulai dari rumah, bahkan dari hal-hal yang dianggap sepele seperti kulit buah. Dengan inisiatif ini, mahasiswa ingin menunjukkan bahwa siapa saja bisa berkontribusi menjaga bumi, bahkan melalui dapur masing-masing.

Meski sederhana, inisiatif ini membawa dampak edukatif dan inspiratif bagi warga yang menerima sabun tersebut. Harapannya, warga tidak hanya menggunakan sabun ramah lingkungan ini, tetapi juga mulai mempertimbangkan pengolahan limbah organik sebagai bagian dari gaya hidup berkelanjutan.

“Kegiatan ini memberi kami pengalaman nyata tentang pentingnya nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Dari dapur, kami belajar bahwa perubahan bisa dimulai dari hal terkecil,” tutur, Siti Nuraliza

 

Dukungan Komunitas dan Harapan Mahasiswa

Komunitas Pelipur menyambut baik kegiatan ini. Sebagai komunitas yang memang aktif dalam kegiatan lingkungan, mereka merasa terbantu dengan adanya kolaborasi seperti ini yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga mengedukasi warga secara tidak langsung.

Mahasiswa UNM yang terlibat dalam proyek ini berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Melalui langkah kecil seperti memanfaatkan limbah dapur menjadi sabun, mereka ingin membuktikan bahwa perubahan tidak harus dimulai dari sesuatu yang besar.

“Kami percaya bahwa dengan semangat dan niat baik, dari dapur pun kita bisa membawa perubahan. Tidak perlu menunggu jadi ahli atau punya alat canggih. Yang penting adalah kemauan untuk peduli,” tutup Siti Nuraliza.
 

Topik Menarik