Menengok Masjid Pertama di Kanada yang Dibangun pada 1938
KANADA - Masyarakat muslim turut menjadi bagian dari sejarah Kanada, khususnya Kota Edmonton yang merupakan ibu kota Provinsi Alberta. Di kota tersebut terdapat masjid tertua di negara di belahan utara bumi itu yang dibangun pada 1938 dan pada 1992 bangunannya ditempatkan di museum kota menjadi simbol perdamaian.
Bangunan masjid bernama Al Rashid itu sempat tidak digunakan lagi pada 1980 karena kapasitasnya tidak bisa lagi menampung umat muslim yang terus bertambah. Komunitas muslim kemudian membeli lahan yang lebih besar di kawasan utara Edmonton dan membangun masjid baru serta tetap menggunakan nama yang sama.
10 Makanan Penambah Energi di Pagi Hari
Pada situs Al Rashid disebutkan, umat muslim pertama tiba di Kanada pada 1871 dengan diangkut dengan perahu dan berlabuh di pantai timur. Sensus Kanada mencatat 645 penduduk muslim pada 1931. Pada awal 1930-an, sekelompok wanita muslim meminta Wali Kota Edmonton, John Fry, untuk memberikan sebidang tanah yang akan dibangun masjid untuk mengakomodasi komunitas muslim yang berkembang di kota tersebut. Sebab, penganut agama lainnya telah memiliki tempat ibadah masing-masing.
Masjid ini memberikan jaminan kepada penduduk baru Edmonton bahwa mereka dapat mempertahankan praktik budaya dan keyakinan agama mereka sambil berinteraksi dengan warga Kanada dari semua budaya dan agama, imbuh Abdullah.
Selama bertahun-tahun komunitas ini berkembang, dan pada awal 1980-an, lebih dari 16.000 muslim tinggal di Edmonton. Masjid Al Rashid tidak dapat lagi menampung jumlah umat Islam yang terus bertambah sehingga diperlukan masjid yang lebih besar. Dan pada 1982 masjid Al Rashid yang baru dibuka untuk melayani lebih dari 20.000 Muslim di Edmonton.
Berdasarkan sensus nasional Kanada 2021, komunitas muslim Edmonton berjumlah 84.635 orang dan terdiri atas 62 budaya. Para anggotanya telah berkontribusi dalam membentuk karakter dinamis Edmonton selama lebih dari satu abad dan siap berkontribusi pada pertumbuhan dan kemakmuran kota, Alberta, dan Kanada di masa depan.
Ismal Sutankayo, 65, diaspora Indonesia yang telah menetap di Kota Edmonton lebih dari 50 tahun mengungkapan, pada 1973 dia melaksanakan salat di bangunan lama Masjid Al Rashid. Saat itu jumlah masyarakat muslim masih belum banyak. Masyarakat muslim, terutama orang-orang bukan kulit putih masih sedikit sekali. Yang saya kenal hanya orang-orang Malaysia yang jumlahnya sekitar 10 orang saja, tuturnya.
Sementara itu, Hadhimulya Asmara, 46, mengaku bangga dan bersyukur bahwa komunitas muslim telah menjadi bagian dari sejarah Kota Edmonton maupun Kanada. Pengakuan terhadap kontribusi umat Islam ditandai dengan dilestarikannya bangunan lama Masjid Al Rashid dan menempatkannya di museum agar bisa dikunjungi masyarakat luas.
Ini luar biasa. Pengakuan bukan datang dari umat Islam, melainkan dari umat lain. Kalau dilihat dari tahun pembangunan masjid tersebut menunjukkan pada saat itu komunitas muslim sudah establish dan telah berinteraksi secara baik dengan komunitas lainnya, tukas peneliti di Universitas Alberta tersebut.