HIKMAH JUMAT : Ketika Ramadhan Segera Berakhir

HIKMAH JUMAT : Ketika Ramadhan Segera Berakhir

Gaya Hidup | serpong.inews.id | Jum'at, 5 April 2024 - 05:10
share

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan Kab. Tangerang

HARI BERGANTI hari, waktu pun terus berlalu. Tak terasa kini bulan suci Ramadhan 1445 H tinggal tersisa beberapa hari lagi. Bulan yang dinanti-nanti kehadirannya itu, sebentar lagi akan pergi dan berganti dengan bulan baru Syawal 1445 H.

Namun, begitu sayangnya Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, maka di penghujung Ramadhan ini, Allah membagikan door prize Ramadhan berupa lailatul qadr bagi hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.

Oleh karenanya, di setiap penghujung Ramadhan yakni di sepuluh hari terakhir, Baginda Rasulullah SAW senantiasa lebih bersungguh-sungguh lagi dalam beribadahnya. Sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadits yang bersumber dari Ibunda Aisyah RA yang artinya:

“Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim).

Selain itu, Baginda Rasulullah SAW juga membangunkan istri-istrinya untuk turut serta beribadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini dapat dilihat pada hadits yang juga bersumber dari Ibunda Aisyah RA yang artinya:

“Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan itulah adanya lailatul qadr.  Malam yang sangat dahsyat, karena Allah sediakan pahala yang sangat besar. Inilah door prize terbesar bulan suci Ramadhan, dimana Allah memberikan pahala ibadah dengan pahala yang lebih baik dari seribu bulan.

Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (lailatul qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (lailatul qadr) itu? Malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]: 1- 5).

Baginda Rasulullah SAW menjelaskan tentang lailatul qadr melalui sabdanya yang artinya: “Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadr, kemudian aku dilupakan – atau lupa – maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil.” (HR. Muttafaq ‘alaih).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 
 

Berdasarkan hadits di atas, setidaknya masih ada dua malam ganjil lagi yang berpotensi adanya lailatul qadr, yakni pada tanggal 27 dan 29 Ramadhan. Oleh karena itu, mari kita optimalkan ibadah kita di hari-hari terakhir Ramadhan yang masih tersisa beberapa hari ini.

Namun demikian, dalam hadits yang lain Baginda Rasulullah SAW menjelaskan bahwa lailatul qadr bisa saja terjadi di malam-malam yang tersisa di akhir Ramadhan, tanpa disebutkan malam ganjil atau genapnya. Sebagaimana sabda beliau yang artinya:

“Bisa jadi lailatul qadr ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa terjadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa.” (HR. Bukhari).

Merujuk pada hadist di atas, maka jika bulan suci Ramadhan berlangsung selama tiga puluh hari, maka malam ke-22 adalah sembilan hari yang tersisa. Malam ke-24 berarti tujuh hari yang tersisa, malam ke-26 adalah lima hari yang tersisa, dan malam ke-28 adalah tiga hari yang tersisa.

Demikian tafsir yang disampaikan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, sehingga Baginda Rasulullah SAW lebih bersungguh-sungguh lagi dalam beribadah yang ditunjukkannya di seluruh hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan, tanpa memilah-milah ganjil atau genap.

Imam Hasan Al-Bashri berpesan: “Berbuat baiklah di sisa Ramadhan niscaya diampuni kesalahan yang telah lalu maka manfaatkanlah hari-hari yang tersisa karena anda tidak tahu kapan bisa meraih rahmat itu.”

Para pembaca Hikmah Jum’at yang budiman.

Andaikan saja seluruh umat Islam tahu kedahsyatan bulan suci Ramadhan, maka seluruhnya akan berharap agar sepanjang tahun dijadikan sebagai bulan suci Ramadhan. Hal ini ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya yang artinya:

“Seandainya umatku mengetahui apa-apa yang ada (kebaikan) pada bulan Ramadhan, niscaya mereka berharap sepanjang tahun itu semuanya bulan Ramadhan.” (HR. Ibnu Abbas).


Andaikan saja seluruh umat Islam tahu kedahsyatan bulan suci Ramadhan, maka seluruhnya akan berharap agar sepanjang tahun dijadikan sebagai bulan suci Ramadhan. (Foto: Ist)
 
 

Maka wajar jika Baginda Rasulullah, para sahabat dan para ulama salaf serta orang-orang shalih yang memahami kedahsyatan bulan suci Ramadhan, senantiasa merasakan kesedihan yang teramat dalam jika berada di penghujung bulan suci Ramadhan.

Dalam kitab Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hambali berkata: “Bagaimana bila seorang mukmin tidak meneteskan air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi?

Hati orang-orang yang bertakwa mencintai bulan ini, dan bersedih karena pedihnya berpisah dengannya wahai bulan Ramadhan, mendekatlah, berderai air mata para pencintamu, terpecah hati mereka karena perihnya berpisah denganmu.

Semoga perpisahan ini mampu memadamkan api kerinduan yang membakar, semoga masa bertaubat dan berhenti berbuat dosa mampu memperbaiki puasa yang ada bocornya, semoga yang terputus dari rombongan orang yang diterima amalnya dapat menyusul.

Semoga tawanan dosa-dosa bisa terlepaskan. Semoga orang yang seharusnya masuk neraka bisa terbebaskan. Dan semoga rahmat Allah bagi pelaku maksiat akan menjadi hidayah taufik.”

Bagi seluruh umat Islam yang merasakan manisnya iman, nikmat dan indahnya ibadah di bulan suci Ramadhan, tentu akan merasakan kesedihan yang sama saat berpisah dengan bulan Ramadhan. Mereka akan merindukan kembalinya bulan yang penuh berkah dan maghfirah.

Oleh karenanya, para ulama salaf senantiasa berdo’a kepada Allah selama 6 bulan sebelum Ramadhan datang agar mereka disampaikan usianya pada bulan suci Ramadhan. Kemudian mereka berdo’a selama 6 bulan berikutnya, agar Allah menerima seluruh amal mereka yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan.

Begitulah kiranya sikap orang-orang beriman yang penuh kesungguhan untuk tetap mendulang pahala hingga akhir Ramadhan. Rasa penuh harap dan sedih pun ada di hati orang-orang beriman ketika Ramadhan segera berakhir.

Jangan sia-siakan waktu yang tersisa di penghujung Ramadhan ini. Isilah siang dan malamnya dengan berbagai amal shalih. Semoga Allah memberikan anugerah lailatul qadr kepada kita, dan dijadikan-Nya kita sebagai pemenang dengan meraih predikat takwa. (*)


Rasa penuh harap dan sedih pun ada di hati orang-orang beriman ketika Ramadhan segera berakhir. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Topik Menarik