Mengenal Sosok Raden Patah, Raja Pertama Demak Putra Selir Keturunan Tionghoa

Mengenal Sosok Raden Patah, Raja Pertama Demak Putra Selir Keturunan Tionghoa

Gaya Hidup | sidoarjo.inews.id | Kamis, 28 Maret 2024 - 15:50
share

JAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Raden Patah merupakan raja pertama Kerajaan Demak. Sosoknya menjadi peran penting dalam perkembangan kesultanan Demak di abad ke-15. Raden Patah sendiri merupakan anak dari Prabu Brawijaya V raja terakhir dari kerajaan Majapahit dan putri dari Dinasti Ming yaitu Siu Ban Ci yang lahir pada tahun 1455 di Palembang.

Sosoknya berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di Demak kala itu. Namun, konon Raden Patah memiliki garis keturunan dari Thiongkok, dikutip dari okzone.com pada Kamis (28/3/2024).

Ibu Raden Patah sendiri merupakan anak dari utri Syekh Bentong atau Tan Go Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Dulunya ia pernah menjadi selir Prabu Brawijaya. Pada awal abad ke-14, kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang putri kepada Raja Brawijaya V di kerajaan Majapahit dengan tujuan memperkuat hubungan antara kedua negara.

Siu Ban Ci merupakan wanita yang cantik dan cerdas sehingga Raja Brawijaya V terpukau padanya. Namun, kehadirannya malah membuat masalah baru dimana Ratu Dwarawati, istri sang Raja merasa cemburu. Saat Siu Ban Ci tengah mengandung, ia terpaksa diusir dari kerajaan majapahit.

Hal itu terjadi lantaran perasaan cemburu tersebut mendorong Raja Brawijaya untuk mengusirnya. Sang putri akhirnya dikirim kepada Adipati Palembang, Arya Damar.

Tak lama kemudian, Siu Ban Ci melahirkan seorang anak laki-laki yang ia beri nama Raden Patah. Setelah melahirkan Raden Patah, kemudian ia menikah dengan Arya Damar dan dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Raden Kusen.

Selama dua decade ia tinggal di istana Adipati Palembang, Raden Patah bersama adik tirinya memilih untuk kembali ke Majapahit. Semasa dewasa, Raden Patah belajar mengenyam Pendidikan beragam bidang.

Salah satunya ia fokus dalam mempelajari pendidikan politik dan kebangsawan. Ia pun juga belajar agama di Ampela Denta, pondok pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel. Dari belajari di Ampel Dentalah yang membentuk jaringan dan pertemanan Raden Patah meluas. Bahkan dikutip dari buku "Hitam Putih Kesultanan Demak: Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Jawa dari Kejayaan Hingga Keruntuhan" karya Fery Taufiq, ia berkenalan dengan saudagar kaya utusan Cina Laksamana Cheng Ho atau yang dikenal juga dengan Dampo Awang atau Sam Poo Tai Jin.

Semasa di Ampel Denta, ia belajar agama islam dengan beberapa pemuda lainnya seperti Raden Paku yang kelak menjadi Sunan Giri, Makhdum Ibrahim yang kelak menjadi Sunan Bonang, dan Raden Kosim atau Sunan Drajat.

Setelah dianggap lulus, Raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Penyiaran agama dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan.

 

Perlahan-lahan daerah Bintara ini menjadi ramai, bahkan menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Dari sanalah akhirnya dikisahkan para penyebar agama Islam di Pulau Jawa Walisongo merencanakan sebagai pusat kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

Raden Patah pun diangkat menjadi raja pertama Kesultanan Demak pada 1478 hingga 1518 Masehi. Selama Raden Patah berkuasa, penyebaran islam semakin meningkat dan tersebar luas.

Dibantu Walisongo, pengembangan Islam begitu cepat, ditambah Raden Patah sendiri yang kini sudah menadi ulama menerapkan musyawarah dan kerja sama melibatkan ulama dan pemerintah Demak. Keberhasilan Raden Patah dalam memperluas wilayah kekuasaan Demak dapat dilihat dari penaklukan Girindra Wardhana saat menjadi raja di Majapahit, pada tahun 1478 M.

Selain itu Raden Patah juga mengadakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa Portugis, yang telah menduduki Selat Malaka dan ingin mengganggu Kesultanan Demak.

Ia mengutus para pasukan di bawah pimpinan putranya Pati Unus atau Adipati Yunus yang juga disebut Pangeran Sabrang Lor menyerang Portugis, meski pada akhirnya gagal. iNewsSidoarjo

Topik Menarik