Asbabun Nuzul Surat Ad Dhuha, Lengkap dengan Isi Kandungannya Ayat 1-11
JAKARTA, iNews.id - Asbabun Nuzul Surat Ad Dhuha lengkap dengan isi kandungan ayat 1-11 penting muslim ketahui karena banyak hikmah yang bisa dipetik.
Surah ad Duha adalah surah yang ke 93, yaitu setelah surah al-Lail dan sebelum surah asy-Syarh (al-Insyirah). Termasuk golongan surah Makkiyyah. Terdiri dari 11 ayat.
Nama Ad-Duha diambil dari ayat pertama yang artinya ketika matahari naik sepenggalah.
Dalam Ulumul Quran, Asbabun Nuzul sebagaimana dilansir dari laman walisongo.ac.id, terdiri atas dua kata. Pertama, asbab yang merupakan jamak dari asbab (jamak dari sabab) berarti sebab atau latar belakang, dan kedua, nuzul yang berarti turun.
Para ulama tafsir menjelaskan beberapa definisi asbabun nuzul. Menurut Hasby Ash-Shiddiqi asbabun nuzul ialah kejadian yang karenanya diturunkan Al Quran untuk menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu, dan suasana yang didalam suasana itu Al Quran diturunkan serta membicarakan sebab tersebut, baik dibicarakan secara langsung sesudah terjadi sebab itu atau kemudian lantaran suatu hikmah.
Surat Ad Dhuha 1-11 dan Artinya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11
Artinya: Demi waktu matahari yang sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan ia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, maka janganlah kamu men-hardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) . (QS. Ad Duha: 1-11).
Lantas, bagaimana asbabun nuzul atau sebab-sebab turunya Surat Ad Dhuha? Berikut ulasan lengkapnya.
Asbabun Nuzul Surat Ad Dhuha
Dilansir dari Buku Quran Hadis MI Kelas VI, asbabun nuzul Surat Ad Dhuha atau turunnya surah ini merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dirundung duka. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, serta selain keduanya, bahwa Jundub telah menceritakan Rasulullah Saw sakit sampai tidak bisa bangun untuk melaksanakan shalat tahajud selama dua atau tiga malam.
Rasulullah merasa sedih karena tidak ada wahyu yang turun lagi yang disebut sebagai Fatratul Wahyi (masa kekosongan tidak turunnya wahyu).
Rasulullah diejek oleh seorang perempuan kafir istri Abu Lahab dengan mengatakan: Wahai Muhammad sesungguhnya aku mengharapkan kalau syaithanmu (yang dimaksud adalah malaikat Jibril) itu telah meninggalkanmu, aku tidak melihatnya lagi di dekatmu semenjak dua atau tiga malam. Maka Allah menurunkan Surah ad-Duha ayat 1-3.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW telah bersabda:
Artinya: Diriwayatkan oleh Al-Aswad bin Qais, dia berkata: Saya pernah mendengar Jundab bin Sufyan r.a. mengatakan, Suatu ketika Rasulullah Saw. sakit sehingga beliau tidak bangun untuk shalat tahajud selama dua atau tiga malam, lalu beliau didatangi oleh seorang perempuan kafir seraya mengatakan,Hai Muhammad, saya benarbenar berharap agar setanmu meninggalkanmu (tidak mempedulikanmu) yang sejak dua atau tiga malam saya tidak melihatnya di dekatmu.Kata Al-Aswad: Maka Allah Azza wa Jalla menrunkan ayat (yang artinya), Demi waktu Duha dan demi waktu malam, apabila telah sunyi Tuhanmu tidaklah meninggalkanmu dan tidak pula membencimu (Qs. ad-Duha 1-3).
Isi Kandungan Surat Ad Dhuha Ayat 1-11
Isi kandungan Surat Ad-Dhuha, dalam ayat 1-2, Allah Swt bersumpah mengunakan dua waktu yaitu waktu duha dan waktu malam. Waktu duha yakni waktu matahari sepenggalah naik. Waktu pagi hari merupakan waktu yang sangat sejuk.
Badan masih segar bugar karena habis bangun tidur. Pagi hari merupakan waktu di mana manusia mulai beraktivitas. Sedangkan waktu malam hari merupakan waktunya manusia beristirahat. Malam hari merupakan gambaran suasana tenang.
Ayat 3 Memberikan jawaban bahwa Allah Swt tidak meninggalkan dan membenci nabi Muhammad Saw. Ayat ini diturunkan setelah selang beberapa waktu, yaitu selama 15 hari wahyu tidak turun kepada nabi Muhammad Saw, sehingga orang kafir mengatakan: Sesungguhnya Tuhan Muhammad Saw. telah meninggalkannya dan membencinya.
Ayat 4 menjelaskan bahwa kehidupan di akhirat itu lebih baik dari pada kehidupan di dunia. Kehidupan di akhirat itu penuh dengan kemuliaan.
Ayat 5 Allah Swt memberikan kabar gembira kepada nabi Muhammad Saw bahwasanya Allah Swt akan memberikan kebahagiaan yang berlimpah ruah kelak di akhirat. Sehingga Nabi SAW menjadi puas dan bahagia. Rasulullah Saw bersabda: Kalau begitu, mana mungkin aku puas, sedangkan sesorang di antara umatku masih berada di neraka.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, telah disodorkan kepada Rasulullah karunia yang disediakan bagi umatnya satu petisatu peti. Dan Allah Swt, akan memberinya sejuta istana kelak di surga. Maka Rasulullah menjadi bergembira mendengar hal tersebut.
Ayat 6, 7, dan 8 menceritakan keadaan Rasulullah Saw. sebelumnya, yaitu:
- Sebagai seorang yatim, di mana ayahnya telah meninggal dunia sebelum beliau dilahirkan. Walaupun dilahirkan dalam keadaan yatim, tetapi Allah Swt tetap menjaganya. Dengan cara menyerahkan Muhammad Saw kepada pamannya Abu Talib untuk diasuh.
- Sebagai seorang yang bingung (mengenai syariat yang harus dijalankan) karena pada waktu itu bangsa Arab peradabannya kurang baik yaitu sebagai penyembah berhala dan budi pekertinya (akhlaknya) rendah. Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada kebenaran.
- Sebagai seseorang yang kekurangan atau orang yang fakir. Beliau ditinggalkan ayahnya tanpa meninggalkan harta benda. Allah Swt memberikan kecukupan harta benda dari berdagang, ganimah dan dari lain-lainnya, sehingga beliau menjadi puas dan bahagia.
Pada ayat ke -9 dan 10 menjelaskan bahwa nabi Muhammad Saw. telah mendapatkan karunia yang luar biasa dari Allah Swt ( sebagai anak yatim beliau dilindungi, diberi petunjuk dari kebingungan, dan telah diberi kecukupan harta benda), sehingga beliau diperintahkan untuk melindungi anak yatim dan bersikap baik terhadap peminta-minta.
Ini berarti bahwa nabi Muhammad Saw. dituntut untuk memiliki sikap kepedulian terhadap sesama. Melindungi anak yatim yaitu dengan cara tidak mengambil hartanya atau lainlainnya yang menjadi milik anak yatim, dan mengasuhnya. Bersikap baik terhadap pemintaminta yaitu kita tidak boleh membentak, meledek, dan bahkan merendahkan harga dirinya karena kemiskinannya. Terhadap peminta-minta juga dilarang untuk mengusirnya. Dilarang menyakiti dengan perkataan yang kasar.
Dalam ayat ke-11 ini Allah Swt. menegaskan kepada Nabi Muhammad Saw untuk mensyukuri nikmat Allah Swt yang luar biasa berupa kenabian dan nikmat-nikmat yang lain yang telah diberikan kepadanya. Yakni dengan jalan menyebut, mensyukuri, dan mengingat nikmat Allah Swt. Menyebut nikmat Allah Swt. itu bukan bertujuan untuk riya atau menyombongkan diri tetapi sebagai wujud mensyukuri nikmat Allah Swt.
Itulah ulasan asbabun nuzul surat Ad-Dhuha lengkap dengan isi kandungan ayat 1-11 yang penuh hikmah.
Wallahu A'lam









