Pengertian Tasamuh Dalam Islam, Lengkap dengan Dalil serta Contohnya

Pengertian Tasamuh Dalam Islam, Lengkap dengan Dalil serta Contohnya

Gaya Hidup | inews | Sabtu, 25 November 2023 - 07:30
share

JAKARTA, iNews.id - Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap tasamuh, tawasuth, menjaga ukhuwah dan musawah. Lantas, apa itu tasamuh?

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, sikap tasamuh sangat penting di kedepankan. Terlebih, bangsa Indonesia memiliki banyak suku, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Karena itu, perlu menanamkan sikap tasamuh atau toleransi sejak dini.

Pengertian Tasamuh

Kata tasamu diambil dari kata samaa berarti tenggang rasa atau toleransi. Dalam bahasa Arab sendiri tasamu berarti sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf.

Dalam secara istilah, tasamu adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam.

Dilansir dari Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah, maksud dari tasamu ialah bersikap menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapi, misalnya toleransi dalam agama ialah sikap saling menghormati hak dan kewajiban antar agama.

Tasamu dalam agama bukanlah mencampuradukkan keimanan dan ritual dalam agama, melainkan menghargai eksistensi agama yang dianut orang lain.

Dalil Tasamuh

Tasamu ialah sikap yang mengarahkan pada keterbukaan dan menghargai perbedaan. Perbedaan merupakan fitrah yang sudah menjadi ketetapan Allah Swt dan seluruh manusia tak bisa menolak-Nya. Dalil tentang tasamuh ini disebutkan dalam Al Quran.

Allah berfirman dalam Al Quran, Surat Al Hujurat ayat 13.

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui, Maha mengenal (QS. al-Hujurt [49]: 13)

Konsep tasamu yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Yaitu dengan mengenali, menghargai, dan terbuka dengan perbedaan. Namun, apabila hubungannya dengan keyakinan dan ritual, agama Islam tidak mengenal kata kompromi.

Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain begitu pula dengan ritualnya.
Sebagai bukti bahwa tasamu merupakan salah satu ajaran Islam adalah Allah melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun.

Tanpa larangan tersebut, manusia akan saling memperolok jika berbeda keyakinan. Allah Swt berfirman:

Artinya: Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo'a kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan" (QS. al-Anam [6]:108)

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab, al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam.

Dalam Islam, tasamu berlaku bagi semua orang tanpa mengenal perbedaan. Akan tetapi setiap orang memiliki perbedaan penerapan tasmu, ada yang masih belum terlatih melakukannya dan ada yang sudah terlatih melakukannya.

Syaikh Yusuf Qardhawi menjelaskan adanya empat faktor yang mendorong sikap tasmu, yaitu:
a. Keyakinan bahwa manusia itu makhluk mulia.
b. Perbedaan di dunia ialah realitas yang dikehendaki Allah.
c. Allah Maha membuat perhitungan, jadi tiada kuasa mutlak manusia untuk mengadili kekafiran atau kesesatan seseorang.
d. Keyakinan akan perintah Allah untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia.

Contoh Sikap Tasamu Dalam Islam

1. Di kota Madinah, Rasulullah Saw tidak sungkan berdampingan dengan pribumi Yahudi maupun Nasrani.
2. Ketika menaklukkan Jerussalem, khalifah Umar ra tidak merusak tempat tempat ibadah warga non-muslim dan pemeluknya teteap diberikan kebebasan untuk menjalankan ritual agamnya.
3. Rasulullah SAW memberi makan seorang beragama Yahudi buta dan miskin.
4. Ketika ada jenazah seorang Yahudi melintas di sebelah Rasulullah Saw dan para sahabat, Rasulullah Saw berhenti dan berdiri. Kemudian seorang sahabat berkata, Kenapa engkau berhenti ya Rasulullah? Padahal itu adalah jenazah orang Yahudi? Rasulullah Saw. bersabda: Bukankah dia juga manusia?

Topik Menarik