Kisah Nyai Balau, Wanita Sakti Mandraguna Suku Dayak Pemilik Selendang Maut
KISAH Suku Dayak di Kalimantan selalu menarik dikulik. Salah satunya ialah cerita mengenai Nyai Balau, wanita sakti dari Suku Dayak yang keberaniannya menjadi suri tauladan bagi wanita Suku Dayak di Kalimantan Tengah sampai hari ini.
Mengutip laman Perpustakaan Digital SMA 5 Muara Teweh, Nyai Balau adalah seorang putri cantik jelita dan sopan santun yang tinggal Lewu Temah (skarang menjadi Kecamatan Tewah di Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah).
Disebut sebagai Nyai Balau karena ia memiliki rambut panjang (balau). Suatu hari ia menikah dengan seorang pria dari keluarga terpandang bernama Kanyapi yang diangkat menjadi Temanggung, pemimpin daerah setempat.
Kehidupan Nyai Balau dan Kanyapi semakin bahagia karena mereka memiliki seorang putra. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena sang putra menghilang seketika.
Dalam keputusasaan, Nyai Balau meminta izin sang suami untuk melakukan tapa di sebuah hutan angker.
Geger! Wardatina Mawa Bongkar Fakta Baru Dugaan Perselingkuhan Inara Rusli dengan Insanul Fahmi
Ilustrasi Gadis Dayak (Foto: IG/@merlinlinlin08)
Selama tujuh hari tujuh malam ia berdoa supaya mendapat petunjuk tentang keberadaan sang putra.
Sampai pada malam ketujuh datangnya seorang nenek yang mengatakan bahwa putra Nyai Balau telah meninggal. Putranya meninggal karena dikayau (penggal kepala) oleh Antang dari Juking Sopang.
Alasan Antang membunuh putra Nyai Balau untuk menunjukkan keperkasaannya sebagai laki-laki.
Sebagai seorang ibu, Nyai Balau bertekad untuk balas dendam atas kematian putranya kepada Antang. Nenek itu kemudian memberikan selendang sakti untuk membalaskan dendamnya.
Nyai Balau kemudian mengajak Tumenggung Kanyapi dan warga Lewu Tewah pergi ke Juking Sopang. Sesampainya di sana, ia meminta Antang untuk mengakui kesalahannya menuntut permintaan maaf.
Antang yang sombong justru memberikan serangan ke arah Nyai Balau menggunakan mandau.
Nyai Balau pun membalas serangan itu dengan melemparkan selendangnya ke arah Antang. Seketika Antang tersungkur ke tanah.
Pria Suku Dayak (Foto: ANTARA)
Perdamaian yang diajukan Nyai Balau ditolak mentah-mentah oleh Antang. Sebab, dia ogah membayar denda adat kepada Nyai Balau karena telah menghabisi nyawa putranya.
Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Muak dengan kesombongan Antang, akhirnya Nyai Balau kembali melemparkan selendang saktinya itu hingga membuat Antang meregang nyawa. Alhasil, dendam Nyai Balau atas kematian putranya pun terbalaskan.
Hingga hari ini, Nyai Balau pun menjadi sosok kebanggaan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.





