Inilah Alasan Suku Dayak Berhenti Berburu Kepala Manusia

Inilah Alasan Suku Dayak Berhenti Berburu Kepala Manusia

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 21 September 2023 - 10:55
share

SUKU Dayak di Kalimantan punya tradisi berburu kepala manusia yang dikenal dengan istilah ngayau atau kayau. Namun, tradisi ini sudah berhenti dilakukan. Apa alasannya?

Masyarakat Dayak dulu melakukan tradisi ngayau dengan motif mengadu kekuatan. Biasa kepala yang dipenggal berasal dari pihak musuh.

Banyak juga yang melakukan ngayau untuk memperoleh kekuatan magis.

Mengenal 6 Motif Tato Suku Dayak Beserta Makna Filosofis di Baliknya

Seiring waktu, suku Dayak pun mengalami transformasi dan menghentikan tradisi menyeramkan berupa memburu kepala manusia yang sudah dilakoni turun-temurun.

Suku Dayak berhenti berburu kepada manusia sejak diadakannya Perjanjian Tumbang Anoi pada 22 Mei-24 Juli 1894. Perjanjian ini dilakukan untuk menyudahi tradisi permusuhan antara sub suku Dayak seperti hakayau/ngayau (berburu kepala), hajipen (perbudakan), hasang (peran), dan habunu (pembunuhan).

Ilustrasi

Warga Dayak

Perjanjian Tumbang Anoi yang menjadi alasan suku Dayak berhenti berguru kepada diprakarsai oleh Residen Belanda, Brus yang datang ke Kalimantan Tenggara pada Juni 1893.

Kenapa Telinga Orang Suku Dayak Panjang-Panjang? Begini Faktanya

Dia mengundang 1.000 orang dari 152 sub etnis Dayak di Kalimantan termasuk kepala suku untuk membicarakan perdamaian. Pertemuan tersebut membahas 592 perkara dengan 96 pasal yang tertuang dalam Rapat hukum adat Dayak Tumbang Anoi (RDTA) tahun 1894.

Perjanjian tersebut kemudian menghasilkan perwujudan tatanan baru kehidupan masyarakat Dayak. Keselarasan hukum adat diselaraskan untuk menyudahi permusuhan.

Perjanjian Tumbang Anoi tidak berlangsung begitu saja. Dibutuhkan waktu tiga tahun untuk mengumpulkan seluruh Suku Dayak sehingga mereka setuju untuk berdamai. Dana yang dibutuhkan juga sangat besar.

Damang Batu sebagai tokoh Dayak menyanggupi menjadi tuan rumah dari pertemuan tersebut. Dia melakukan banyak persiapan seperti membuka lahan pertanian, menyediakan 60 ekor kerbau, ratusan sapi, babi, ayam, dan hasil panen lainnya.

Ilustrasi

Masyarakat Dayak melihat Damang Batu sebagai orang yang berwawasan luas. Sehingga mereka setuju untuk datang ke kediaman Damang Batu untuk membicarakan perjanjian perdamaian.

Perjanjian Tumbang Anoi berlangsung selama tiga bulan lamanya. Dari situ masyarakat Dayak mulai menghentikan kegiatan berburu kepada manusia.

Demikian alasan suku Dayak berhenti berburu kepala.

Topik Menarik