Risiko Stroke Tinggi hingga Kematian Jantung Mendadak, Kenali Gejala dan Penanganan Aritmia Berikut Ini!

Risiko Stroke Tinggi hingga Kematian Jantung Mendadak, Kenali Gejala dan Penanganan Aritmia Berikut Ini!

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 29 Agustus 2023 - 20:48
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Dewan Penasehat InaHRS/PERITMI Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K),FIHA, FAsCC menjelaskan, aritmia atau gangguan irama jantung dapat berupa denyut jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau denyut jantung yang tidak teratur.

Kelainan ini dapat bergejala ringan, seperti berdebar, pusing, kliyengan, tetapi juga dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya stroke, gagal jantung maupun pingsan. Ririko serangan stroke lebih tinggi hingga mengancam jiwa.

"Dan yang paling fatal dari gangguan irama jantung ini adalah kematian jantung mendadak (KJM)," kata dr Dicky saat konferensi pers, Selasa (29/8/2023).

Meskipun jumlah pasien aritmia di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, sampai saat ini penanganan pasien aritmia tercatat sebagai salah satu tantangan besar dalam bidang kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan data 2023, prevalensi aritmia secara umum diperkirakan sekitar 1,5% sampai 5% pada populasi global. Aritmia yang paling sering terjadi adalah Fibrilasi Atrium (FA), dengan prevalensi global mencapai 46,3 juta kasus.

Diperkirakan pada 2050, prevalensi FA akan terus meningkat hingga mencapai 6-16 juta kasus di Amerika Serikat, 14 juta kasus di Eropa, dan 72 juta kasus di Asia (di Indonesia diperkirakan mencapai 3 juta).

"Individu dengan FA mempunyai risiko 5 lima kali lebih tinggi untuk terjadinya stroke dibanding individu tanpa FA," kata dr Dicky.

Orang dengan aritmia biasanya menunjukan gejala seperti jantung berdetak cepat dari normal (takikardia), jantung berdetak lebih lambat dari normal (bradikardia), pusing, pingsan, cepat lelah, sesak napas, dan nyeri dada. Kadang gejala aritmia tidak dirasakan dan tidak didapatkan pada beberapa orang, sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.

Gejala-gejala aritmia dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti stroke, gagal jantung dan kematian mendadak.

Meskipun aritmia bisa terjadi pada siapa saja, munculnya sering sporadis dan pada sebagian kecil pasien karena bawaan, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang untuk terkena penyakit aritmia.

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita aritmia, yaitu faktor usia, penyakit jantung koroner, penggunaan narkoba atau zat-zat tertentu, konsumsi alkohol berlebihan, mengonsumsi obat-obat tertentu, merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan.

Penanganan aritmia dapat dilakukan dengan tindakan kateter ablasi yaitu tindakan untuk detak jantung yang tidak teratur dan terlalu cepat dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah ke jantung. Karena keberhasilan tindakan semakin tinggi, tindakan ablasi sudah menjadi pilihan pertama. Obat-obatan hanya dapat meredam kemunculan aritmia tetapi tidak menyembuhkannya.

Penanganan aritmia juga dapat dilakukan dengan pemasangan alat Implantable Cadioverter Defibrillator (ICD) untuk mencegah kematian jantung mendadak," kata dia.

Fungsi ICD pada dasarnya untuk mengembalikan fungsi jantung dengan cara memberikan kejut listrik ketika terjadi gangguan irama jantung. ICD adalah sebuah alat berukuran kecil yang ditanam di dalam dada untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal. Perangkat ICD mempunyai baterai yang dapat bertahan hingga 8 tahun, bergantung pada frekuensi kerja alat tersebut.

Pernyataan itu disampaikan dr Dicky menandai 1 dekade usianya, Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS)/Perhimpunan Aritmia Indonesia (PERITMI). Perhimpunan menyerukan tentang pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan aritmia di Indonesia. Organisasi ini sekaligus menghimbau dukungan dan keterlibatan seluruh lini baik dalam pencegahan, penanganan maupun peningkatan pengetahuan tentang penyakit ini.

Dalam rangkaian peringatan 1 dekade pelayanan tersebut, InaHRS/PERITMI mengadakan pertemuan ilmiah yaitu The 10th Annual Scientific Meeting (ASM) InaHRS 2023 yang diselenggarakan di Jakarta, 17-19 Agustus dengan tujuan sebagai wadah untuk berbagi perbaruan ilmu diagnosis dan tatalaksana gangguan irama jantung antar tenaga kesehatan dalam negeri maupun luar negeri untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas pelayanan bagi pasien aritmia.

Topik Menarik