Kisah Keris Sakti Mpu Gandring, Bunuh Empunya Hingga 3 Raja

Kisah Keris Sakti Mpu Gandring, Bunuh Empunya Hingga 3 Raja

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 3 Agustus 2023 - 05:07
share

KISAH Keris Mpu Gandring yang menewaskan sang pemesan hingga tiga raja masih menarik untuk diketahui sampai saat ini. Sebab, kutukan sang pembuat yakni Mpu Gandring bahwa keris tersebut meminta beberapa tumbal dari kalangan penguasa Kerajaan Singasari benar terbukti.

Kutukan keris tersebut pun benar berlaku, yang mengakibatkan terbunuhnya raja-raja Kerajaan Singasari. Asal-usul Keris Mpu Gandring Keris merupakan keris yang dipesan oleh Ken Arok, yang pada awal abad ke-13 merupakan prajurit dari Tumapel, sekarang Singasari, di Malang.

Kisah Cinta Ken Arok dan Ken Dedes, Pertemuan Pertama Penuh Benih-Benih Cinta

Keris ini dipesan oleh Ken Arok untuk menghabisi majikannya sendiri, yaitu Tunggul Ametung, yang saat itu menjadi akuwu (camat) di Tumapel. Hal inidilakukan karena Ken Arok jatuh cinta dengan istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes.

Kebo Ijo yang merupakan sabahat karib Ken Arok jadi salah satu korban dari kutukan Keris Mpu Gandring tersebut. Cerita bermula ketika Kebo Ijo begitu tertarik dengan keris yang dibawa pulang oleh Ken Arok dari Lulumbang usai terjadi perebutan yang berujung tewasnya Mpu Gandring sang pembuat keris sakti tersebut.

Mulanya Mpu Gandring menjanjikan keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang sakti dalam waktu satu tahun. Namun, selang beberapa bulan, Ken Arok sudah tidak sabar.

Ia pun nekat merebut keris yang belum sempurna dan menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk kalau keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Hal itu sebagaimana dikisahkan di "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana. Sesampainya di Tumapel, Kebo Ijo yang suka pamer meminjam keris yang terbuat dari bahan kayu cangkring tersebut.

Ken Arok justru memanfaatkan sahabatnya tersebut untuk niat pribadinya. Ia memang sengaja memperlihatkan keris itu ke Kebo Ijo dengan maksud agar Kebo Ijo tertarik dan meminjamnya.

Disaat itulah orang-orang akan mengira keris itu milik Kebo Ijo. Benar saja, keris yang dipinjam oleh Kebo Ijo dipamer-pamerkan ke banyak orang di istana dan penduduk Tumapel. Tak ayal orang-orang mengira itu keris baru milik Kebo Ijo.

Saat banyak orang-orang percaya keris itu milik Kebo Ijo lantas Ken Arok menyusun strategi untuk mengambilnya . Secara diam-diam Ken Arok mengambil keris miliknya dari Kebo Ijo. Momen untuk menghabisi Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel pun disusun setelah itu.

Pada malam hari ketika situasi sangat sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung yang kedapatan tengah tidur lelap. Tak butuh waktu lama, Ken Arok langsung menghabisi nyawa Tunggul Ametung dengan menusuknya dengan Keris Mpu Gandring hingga tewas seketika.

Keesokan harinya baru diketahui bahwa Tunggul Ametung mati kena tusukan keris yang dikira milik Kebo Ijo. Dengan barang bukti keris yang masih tertancap di dadanya, serta merta Kebo Ijo disergap oleh sanak kadang Tunggul Ametung.

Kebo Ijo pun dikeroyok dan ditusuk dengan keris Gandring, karena dituduh telah membunuh Tunggul Ametung. Anaknya yang bernama Kebo Randi, menangis meronta-ronta, melihat ayahnya Kebo Ijo dianiaya hingga tewas.

Melihat peristiwa itu iba hati Ken Arok dan berjanji dalam hati akan mengambilnya sebagai pekatik.

Pasca menjadi penguasa Tumapel seiring berjalan waktu akhirnya Ken Arok berhasil memerdekakan Tumapel dari Kerajaan Kediri. Namun tumbal keris Mpu Gandring itu justru kembali ke Ken Arok yang berhasil dibunuh oleh anak tirinya sendiri Anusapati.

Anusapati sendiri tahu bahwa yang membunuh ayah kandungnya adalah Ken Arok. Ken Arok dihabisi oleh Anusapati saat makan di suatu petang oleh orang suruhan Anusapati yang disebut Pangalasan. Kemudian sang Pangalasan itu dibunuh oleh Anusapati saat menghadap bosnya.

Langkah Anusapati ini dilakukan demi menghilangkan jejak bahwa ia yang memerintahkan orang untuk membunuh Ken Arok. Sebab jika sampai ada yang tahu maka nyawa ia dan Ken Dedes juga terancam. Selanjutnya justru Anusapati-lah yang tewas oleh tikaman keris Mpu Gandring yang dilakukan oleh Tohjaya.

Kecantikan Ibu Ken Arok, Tak Pernah Disentuh Suaminya hingga Selingkuh dengan Pemuda

Anusapati tewas saat ia tengah berjudi sabung ayam. Pasca tewasnya Anusapati, Tohjaya pun naik menjadi raja. Tapi kematian Anusapati meninggalkan luka bagi anaknya Ranggawuni, yang mengetahui dalang pembunuh ayahnya adalah Tohjaya.

Ranggawuni kemudian menjalin persekutuan dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng anak keturunan Ken Arok dengan Ken Dedes. Akhir cerita Tohjaya pun tewas ketika melarikan diri karena tikaman pedang Ranggawuni.

Ranggawuni pun naik takhta di Tumapel menggantikan Tohjaya. Ketika menjadi raja Tumapel, Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Namun selain dipimpin oleh Ranggawuni, Tumapel saat itu juga dipimpin oleh Mahisa Campaka dengan gelar Narasimhamurti.

Keduanya kemudian mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan Kerajaan Tumapel dan Kediri. Sejak masa inilah anak turun Tunggul Ametung dalam hal ini Ranggawuni dan anak turun Ken Arok yakni Mahisa Campaka bersatu memimpin Tumapel.

Kutukan keris Mpu Gandring itu pun akhirnya terputus sejak Ranggawuni dan Mahisa Campaka bertakhta dan menyatukan dua keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung.

Topik Menarik