Waspada, Para Scammer Menyusup ke LindkedIn untuk Tipu Pencari Kerja

Waspada, Para Scammer Menyusup ke LindkedIn untuk Tipu Pencari Kerja

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 1 Juni 2023 - 08:32
share

IDXChannel - Belakangan ini sejumlah perusahaan teknologi dikabarkan melakukan PHK besar-besaran, hal itu pun sontak membuat banyak orang menjadi pengangguran dan mencoba mencari pekerjaan lewat sejunlah platform, seperti LinkedIn.

Namun, momen tersebut dimanfaatkan para scammer untuk menipu para calon pelamar kerja, dengan melakukan phishing.

Menurut sebuah laporan dari NordLayer, sebuah solusi keamanan jaringan untuk bisnis, mendapati bahwa banyak tawaran pekerjaan palsu dan penipuan phishing yang dilakukan di LinkedIn.

Bahkan, seperti yang dilansir dari gadgetsnow, perusahaan keamanan tersebut mengatakan bahwa setengah dari bisnis yakni 56 persen secara global, sudah mengalami setidaknya satu penipuan LinkedIn tahun ini.

Laporan tersebut juga mengatakan, bahwa tawaran pekerjaan palsu merupakan modus penipuan yang paling populer sebanyak 48 persen dan reputasi yang rusak sebanyak 48 persen, merupakan hasil utama penipuan di LinkedIn.

Sebanyak sekitar 45 persen perusahaan, mengatakan bahwa mereka mengetahui penipuan di LinkedIn menggunakan nama merek organisasi mereka.

Laporan tersebut juga menyebutkan, bahwa fungsi utama LinkedIn seharusnya yakni untuk membangun karier tapi dimanfaatkah oleh para scammer atau penjahat siber.

"Salah satu penipuan LinkedIn yang paling umum, menawarkan pekerjaan palsu. Dengan 117 lamaran kerja yang diajukan per detik di platform, penipu memiliki lingkungan yang ideal untuk membuat postingan pekerjaan yang tampak sah untuk dikumpulkan informasi pribadi atau uang," kata laporan itu sepertu yang dikutip dari Gadgetsnow.

Para penjahat siber melakukan peniruan identitas perusahaan untuk melancarkan aksinya. Pihak LinkendIn sendiri pun melihat phising sebagai penipuan yang populer, di mana sang penipu menyamar sebagai perusahaan atau profesional dengan menggunakan profil palsu untuk mengirim pesan atau email yang tidak diminta, namun meminta informasi sensitif.

"Selain itu, menerima undangan untuk terhubung banyak terjadi di platform ini. Pelaku penipuan menggunakan budaya koneksi ini untuk memulai percakapan dan berbagi tautan dengan konten berbahaya yang diharapkan pengguna LinkedIn akan mengkliknya," tambah laporan tersebut.

Ada dua modus penipuan yang kerap dilakukan, yakni menargetkan individu dengan berpura-pura menjadi pengguna LinkendIn, serta yang berpura-pura sebagai perusahaan.

Pada modus kedua merupakan yang cukup sering terjadi, di mana penipu beroperasi denga dalih organisasi palsu atau menyamar sebavai perusahaan yang sudah ada, untuk membangun lebih banyak kredibilitas.

Biasanya, penipu menyamar sebagai perusahaan besar, karena berdasarkan laporan tersebut, tidak ada penipu tidak menyamar sebagai perusahaan-perusahaan kecil.

(SAN)

Topik Menarik