Tak Semewah yang Diperjualbelikan, Begini Suka Duka Tukang Jual-Beli Emas di Pinggir Jalan
MUNGKIN bagi sebagian orang sering melihat tukang jual beli emas yang kerap ditemui di dekat pasar atau pinggir jalan. Tapi tahukah kalian, meskipun bergumul dengan emas perhiasan, terdapat suka duka dari para pelaku usaha kecil tersebut.
Salah satu penjual emas di kawasan Weru Ato (39 tahun) mengatakan, keuntungan sebagai tukang jual beli emas tak semewah yang diperjualbelikan.
"Nggak, kan saya ada bosnya dijual ke bos emasnya itu nantinya," katanya, Selasa (16/5/2023).
Setidaknya dari sebuah emas yang dibeli dari orang kemudian dijual kepada semacam pengepul, Ato mengaku hanya mendapat untung sekitar Rp25.000 sampai Rp150.000.
"Kalau emas harga Rp300.000 ya dari bos dapet Rp25.000, tapi kalau harganya sampai puluhan juta misalnya sempat sampai Rp25 juta cuma Rp150.000 batinya (untung atau laba)," jelas pria yang membuka lapak Jual-beli emasnya sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore.
Tentu hal tersebut belum ditambah dengan kerugian-kerugian tak terduga juga banyak tidaknya orang yang menjual emasnya.
"Rugi pernah misal harga saya belinya Rp1.700.000 padahal harusnya Rp1.500.000, jadi nombok sayanya tuh, belum lagi kalau sepi itu kadang sampe 5 hari zonk (tidak ada pelanggan)," beber pria Asli Plered tersebut.
Mengganti kerugian
Apalagi, sambungnya, pas awal-awal yakni kisaran 2007 ia harus mengganti kerugian kepada pengepul sebesar Rp1,2 juta karena emas yang dijualnya bukan asli emas.
"Kan memang dites tapi karena semprotan emasnya itu kan tebel jadi ga ketauan inti dari perhiasannya itu ternyata bukan emas," ujarnya
Hanya menggunakan tiga alat yakni Air raksa, batu emas, dan timbangan, maka Ato dapat melihat keaslian emas dan bobot emas yang dijual pelanggan.
Untuk melihat keaslian dan kadar emas yang dijual Ato akan menuangkan sedikit air raksa kemudian digosokkan ke batu emas untuk melihat keaslian emas tersebut.
Kadar emas yang biasa diterimanya sendiri beragam yakni 16 sampai 20 karat atau biasa disebut emas muda dan tua dengan harga bervariatif mulai dari Rp500.000 sampai Rp700.000.
"Tergantung emasnya, ada yang tua ada yang muda, kalau yang muda lebih murah lagi yang segramnya Rp200.000," jelasnya.
Tentunya dengan beragam jenis perhiasan emas khsususnya kalung dan anting yang hilang sebelah, rusak, maupun hilang surat.
"Ya kalau yang jualan biasanya barangnya kalung atau gelang, paling banyak anting yang hilang, cincin yang patah-patah juga bisa," ujarnya.
Tentunya, untuk kerusakan akan sedikit di bawah dari harga asli tergantung tingkat kerusakan perhiasan dan kelengkapan surat, begitupun dengan emas hilang atau utuh akan ada sedikit kerugian sekitar Rp15.000-Rp20.000.
Mengandalkan jual-beli emas sebagai penopang hidup, pria yang memiliki seorang anak ini mengaku, pendapatan dari jual-beli emas ini hanya diharapkan bisa cukup untuk makan sehari-hari.
"Yang penting buat sehari-hari makan cukup," tuturnya.
Kendati demikian, Ato tentu berharap, agar sesekali dapat memperoleh rezeki tambahan atau lebihan untuk menabung.***










