Membelot dan Kritik Putra Mahkota, Eks Kolonel Saudi Mengaku Takut Akan Dibunuh

Membelot dan Kritik Putra Mahkota, Eks Kolonel Saudi Mengaku Takut Akan Dibunuh

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 28 Maret 2023 - 11:13
share

LONDON - Seorang kolonel polisi Arab Saudi yang membelot setelah terang-terangan mengkritik Kerajaan dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengaku khawatir nyawanya terancam setelah ada hadiah yang ditawarkan di Twitter untuk informasi mengenai keberadaannya.

Rabih Alenezi,(44), mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa dia menghubungi Polisi Metropolitan London pada Minggu, (26/3/2023) setelah akun terverifikasi yang mengaku milik influencer media sosial di Jeddah menawarkan hadiah 10.000 riyal Saudi (sekira Rp40 juta) untuk menemukan keberadaan mantan perwira itu.

"Sepuluh ribu riyal Saudi akan diberikan kepada siapa pun yang menemukan lokasi orang ini," tulis postingan itu dalam bahasa Arab, sebagaimana dilansir MEE . "Pencarian sedang dilakukan."

Pengikut akun itu kemudian memberikan tanggapan dan menambahkan hadiah 1.000 riyal (sekira Rp4 juta) dan menyarankan lingkungan di London tempat dia bisa berlindung. Seseorang berkata bahwa jika mereka dapat menemukannya, mereka akan dipuji atas apa yang akan mereka lakukan padanya.

Posting asli dan tanggapannya masih ada saat berita ini diturunkan.

"Saya sangat takut," kata Alenezi pada Senin, (27/3/2023). "Saya takut, terutama orang Arab, orang asing, seseorang mengetuk pintu, bahkan saat saya sedang mandi."

"Anda tahu mengapa? Putra mahkota, dia orang gila. Dia tidak mengambil pelajaran dari apa yang dia lakukan dengan pembunuhan (Jamal) Khashoggi. Saat kita berurusan dengan seseorang yang gila, antisipasi apa pun bisa terjadi.

Alenezi mengatakan dia tidak menyangka akan menjadi seorang pembangkang dan mencari suaka ketika dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Inggris pada Februari. Dia berkata bahwa dia telah "dengan sopan" menghindari tugas tertentu selama bertahun-tahun.

Dia mengatakan dia menganggap kunjungan itu sebagai kesempatan untuk menjernihkan pikirannya di negara yang dia kenal baik dari belajar bahasa Inggris dan manajemen dalam program yang didanai oleh pemerintah Saudi.

Namun, dia kemudian mulai bertanya mengapa dia tidak pernah bersuara menentang pelanggaran HAM di negaranya. Jadi dia memposting cuitan, yang dia anggap sebagai permintaan sopan, kepada polisi Saudi untuk menolak memata-matai orang, untuk melawan "kejahatan normal" dan "orang jahat".

Karena cuitan itu Alenezi segera dicap sebagai pembangkan, sehingga dia mengumumkan pembelotan. Setelah itu, dia semakin kritis di Twitter dan media sosial, termasuk melalui cuitan yang mengkritik Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed Bin Salman dan penghilangan serta pengusiran terkait megaproyek Neom.

Polisi Metropolitan London tidak dapat mengonfirmasi pada saat publikasi apakah mereka sedang menyelidiki kasus Alenezi. Sementara Kedutaan Saudi di Inggris tidak menanggapi pada saat publikasi permintaan komentar.

Topik Menarik