Kejamnya Amangkurat I, Raja Mataram yang Bantai Ulama dan Saudaranya Sendiri
JAKARTA Setelah mangkatnya Sultan Agung pada 1645, takhta Kerajaan Mataram beralih kepada putranya Raden Mas Sayidin yang bergelar Sultan Amangkurat I. Pada masa kekuasaan Amangkurat I ini masa kejayaan Kerajaan Mataram berangsur surut.
Dilansir dari "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II", semasa berkuasa Amangkurat I banyak melakukan kekejaman. Dia dicap sebagai tiran yang banyak mengalirkan darah rakyat dan abdi Mataram, bahkan saudaranya sendiri.
Setelah berkuasa Amangkurat I menerapkan sistem sentralisasi kekuasaan atau sistem pemerintahan yang terpusat dan menyingkirkan tokoh-tokoh senior yang tidak sejalan dengan pandangan politiknya. Hal ini memicu pemberontakan oleh adiknya Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, yang mendapat dukungan dari para ulama dan kiai.
Setelah pemberontakan berhasil ditumpas dan Pangeran Danupoyo sendiri akhirnya tewas dalam konflik antar saudara tersebut, Amangkurat I segera mengalihkan perhatiannya pada pendukung sang adik. Dia mengumpulkan 5.000 hingga 6.000 orang pendukung Pangeran Danupoyo, termasuk ulama dan keluarga mereka, di Alun-Alun Plered dan membantai mereka semua.
Bahkan Amangkurat I juga tega menghukum mati mertuanya, Pangeran Pekik karena dituduh telah menculik Rara Oyi, calon selir Amangkurat I. Putra Amangkurat I, Mas Rahmat juga hampir dihukum mati sebelum akhirnya diampuni setelah dipaksa membunuh Rara Oyi.
Baca Berita Selengkapnya: Raja Kejam Era Mataram, Bunuh Adik Sendiri hingga Tokoh Ulama







