Orang Surabaya Pakai Bahasa Apa Sehari-hari?
PERIHAL orang Surabaya pakai bahasa apa dalam berkomunikasi sehari-hari menarik dibahas. Surabaya merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur , sekaligus kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Luas Kota Surabaya sekitar 326.8 km persegi. Sementara, jumlah penduduk Kota Surabaya bahkan mencapai 3.157.126 jiwa tahun 2020.
Sebagai salah satu metropolitan, Kota Surabaya menjadi tempat tinggal bagi berbagai macam etnis, suku, budaya, dan agama.
Meski memiliki budaya yang sangat beragam, Kota Surabaya tetap menjunjung bahasa daerahnya.
Mengutip dari Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya, orang Surabaya mayoritas menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya.
Namun, dialek orang Surabaya berbeda dari daerah lain yang juga menggunakan Bahasa Jawa. Orang Surabaya pakai bahasa Jawa dengan dialek Suroboyoan. Dialek ini memiliki intonasi dalam, tinggi, dan terkesan keras.
Bahasa Suroboyoan merupakan tingkatan paling kasar dalam bahasa Jawa. Meski demikian, masih banyak orang yang mencampurkannya dengan bahasa krama (Bahasa Jawa halus) saat berbicara dengan orang yang lebih tua.
Hanya saja bahasa halus (madya hingga krama) orang Surabaya tidak sejalur bahasa Jawa Tengah.
Pendatang dari daerah lain dapat mengartikan berbeda ucapan orang Surabaya. Karena dialek yang terkesan kasar, orang Surabaya terlihat seperti marah saat berbicara. Padahal sebetulnya tidak demikian.
Terdapat perbedaan antara bahasa Jawa pada umumnya dengan bahasa Jawa Suroboyoan. Berikut adalah perbedaannya:
Bahasa Indonesia : Apa kabar kawan?
Jawa Surabaya : He yo opo kabare rek?
Jawa standar : Piye kabare cah?
Bahasa Indonesia : Kalian tidak makan?
Jawa Surabaya : Rek, koen gak mangan ta?
Jawa standar : Cah, kowe ra podo maem to?
Bahasa Indonesia : Ton, panggilkan Lina dong
Jawa Surabaya : Ton(nama orang), celukno Lina (nama orang) po\'o
Jawa standar : Ton, undangke Lina
Faktor budaya dan geografis Jawa Timur menjadi penyebab Bahasa Jawa Suroboyoan terkesan kasar. Revi Soekatno seorang ahli bahasa
menjelaskan bahwa penggunaan bahasa Jawa kasar karena Jawa Timur jauh dari pusat kebudayaan di Jawa Tengah.
Kondisi geografis Kota Surabaya lebih kering dan panas. Hal ini mempengaruhi karakter manusia. Pada kondisi ini, orang Surabaya lebih lugas
dan keras dalam berbicara.









