Mengenal Demam Keong atau Schistosomiasis Gegara Cacing, Gejala Awal Serang Kulit hingga 3 Stadium
JAKARTA, celebrities.id - Sejumlah daerah di Indonesia melaporkan gejala demam Keong. Demam keong adalah dalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit.
Apa itu demam keong?
Peneliti Global Health Security Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan apa itu demam keong, gejala, dan cara mencegahnya. Menurutnya, dari segi dampak penyakit ini menempati urutan kedua setelah malaria sebagai penyakit parasit yang paling mematikan.
"Schistosomiasis dianggap sebagai salah satu penyakit tropis terabaikan (NTD)," kata Dicky dalam keterangan, Selasa (14/2).
Parasit penyebab schistosomiasis hidup pada beberapa jenis siput air tawar. Bentuk parasit yang menular, yang dikenal sebagai serkaria, muncul dari siput ke dalam air. Manusia terinfeksi ketika kulit bersentuhan dengan air tawar yang terkontaminasi. Sebagian besar infeksi pada manusia disebabkan oleh Schistosoma mansoni, S. haematobium, atau S. japonicum.
Diperkirakan 12 juta orang hidup dengan risiko schistosomiasis zoonosis yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum dan Schistosoma mekongi, sebagian besar di Wilayah Pasifik Barat region Organisasi Kesehatan Dunia dan di Indonesia.
Schistosomiasis atau lebih dikenal dengan demam keong oleh masyarakat setempat merupakan penyakit endemis yang menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Lembah Napu dan Bada di Kabupaten Poso, dan Lembah Lindu di Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah.
Cara Penularan Demam Keong
Cacing Schistosoma Japonicum menembus permukaan kulit manusia umumnya saat penderita melakukan kontak dengan air yang terkontaminasi saat berenang, mencuci, atau saat mengayuh kapal. Kemudian menyebar ke organ tubuh khususnya ke hati melalui pembuluh darah. Cacing ini hidup bersarang di dalam tubuh untuk beberapa minggu sebelum menetaskan telurnya.
Bisa ditemukan di pembuluh darah terutama di kapiler darah dan vena kecil dekat selapus usus. Tidak hanya pada manusia, cacing ini juga menembus kulit hewan seperti tikus dan binatang ternak seperti sapi atau kerbau. Hal ini juga menjadikan hewan tersebut sebagai media penyebaran penyakit melalui tinjanya.
Perjalanan Hijrah Gary Iskak Menyentuh Hati, Tak Pernah Tinggalkan Sholat hingga Tutup Usia
Daerah genangan air seperti sawah, rawa-rawa dan daerah sekitar danau merupakan habitat keong sehingga infeksi berulang dapat terus terjadi pada warga yang melakukan aktivitas di daerah sarang keong. Pada manusia, penyakit ini sering terjadi pada anak usia sekolah, petani, penangkap ikan, pekerja irigasi, serta orang yang menggunakan sumber air yang mengandung schistosoma.
Gejala Demam Keong
Penyakit ini dapat menjadi serius bila tidak ditangani. Ada tiga stadium yang terjadi bila terkena penyakit ini.
Pada stadium awal, kulit akan gatal-gatal karena serkaria menembus kulit.
Stadium kedua, dimulai saat cacing dewasa betina bertelur. Gejala yang timbul adalah demam, diare, berat badan menurun, dan gejala disentri.
Pada stadium menahun, tanda yang muncul adalah kerusakan hati atau sirosis hati dan limfa. Penderita akan menjadi lemah dan perut akan membesar. Bila tidak diobati, dapat meninggal dunia. Selain itu, anak yang terinfeksi penyakit ini dapat mengalami kelainan pertumbuhan dan kelemahan kognitif.
Cara Mencegah Demam Keong
Saat ini, semua negara endemik didorong untuk meningkatkan upaya pengendalian dan bergerak menuju eliminasi seperti yang disyaratkan oleh peta jalan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pengendalian global penyakit tropis yang terabaikan (NTD) dan resolusi WHA65.21 yang dikeluarkan oleh Majelis Kesehatan Dunia. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah melalui penemuan kasus, kemoterapi pencegahan menggunakan Praziquantel melalui pemberian obat massal (MDA) di daerah yang diketahui berisiko terkena infeksi dan penyakit.
Tingginya angka kejadian penyakit pada hewan ternak disebabkan pola penggembalaan bebas, yang kemudian terinfeksi serkaria melalui keong perantara yang tersebar di lahan-lahan yang tidak diurus akibat pola pertanian berpindah. Ketika hewan ternak ini terinfeksi, hampir tidak pernah dilakukan pengobatan, karena obatnya, yaitu praziquantel untuk hewan, sampai saat ini belum tersedia di Indonesia. Penting pula penggunaan jamban sehat serta ketersediaan air bersih.





