Mengenal T-Sel Limfoma (HTLV-1) Virus yang Menyebabkan Penyakit Leukimia

Mengenal T-Sel Limfoma (HTLV-1) Virus yang Menyebabkan Penyakit Leukimia

Gaya Hidup | BuddyKu | Rabu, 25 Januari 2023 - 11:50
share

Leukimia adalah jenis kanker yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel-sel darah putih yang bertanggung jawab dalam melindungi tubuh dari infeksi. Virus dapat menjadi salah satu penyebab dari leukemia. Virus yang menyebabkan penyakit leukimia adalah virus T-sel limfoma (HTLV-1).

HTLV-1 adalah virus yang menyebar melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan dari ibu ke anak saat kehamilan. Virus ini dapat menyebabkan leukemia T-sel limfoma dan myeloproliferatif, yang merupakan jenis kanker yang menyebar pada sel-sel darah putih. Virus ini lebih umum ditemukan di negara-negara tropis, seperti Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.

Morfologi HTLV-1

Virus T-sel limfoma (HTLV-1) termasuk dalam kelompok virus retrovirus, yang memiliki genom berbentuk RNA. Virus ini memiliki ukuran sekitar 100 nanometer (nm) dengan bentuk yang berbeda-beda. Virus ini memiliki dua lapisan protein yang disebut lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar terdiri dari protein envelope yang membungkus virus dan mengandung protein gp46 dan gp21 yang memungkinkan virus untuk menempel pada sel-sel darah putih yang disebut T-helper. Lapisan dalam terdiri dari protein kapsid yang menyembunyikan genom virus.

Virus yang menyebabkan penyakit leukimia ini juga mengandung enzim reverse transcriptase, yang memungkinkan virus untuk mengkopi genomnya dari RNA menjadi DNA dan menyisipkannya ke dalam genom sel. Virus ini juga mengandung enzim integrase, yang memungkinkan virus untuk menyisipkan genom virus ke dalam genom sel.

Virus HTLV-1 dapat dilihat dengan menggunakan teknik mikroskop elektron, yang memungkinkan untuk melihat bentuk dan ukuran virus. Virus ini juga dapat dideteksi dengan menggunakan tes serologi, yang mengecek ada atau tidaknya antibodi terhadap virus dalam darah seseorang.

Sejarah Ditemukannya HTLV-1

Virus T-sel limfoma (HTLV-1) pertama kali ditemukan pada tahun 1980 oleh sekelompok ilmuwan di Jepang. Mereka menemukan virus ini setelah melakukan studi pada sekelompok pasien dengan leukemia T-sel limfoma yang tidak diketahui penyebabnya. Penemuan ini diikuti oleh penemuan virus HTLV-2, yang juga dapat menyebabkan leukemia T-sel limfoma.

Ilmuwan menemukan bahwa virus ini menyebar melalui sel darah putih yang disebut T-helper dan menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kanker. Virus ini termasuk dalam kelompok virus retrovirus, yang menyebar melalui sel darah putih.

Setelah penemuan HTLV-1, peneliti melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak tentang virus ini dan efeknya pada kesehatan manusia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa virus ini lebih umum ditemukan di negara-negara tropis, seperti Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Virus yang menyebabkan penyakit leukimia ini diketahui menyebar melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan dari ibu ke anak saat kehamilan.

Penemuan HTLV-1 dan HTLV-2 menjadi penting dalam pengembangan vaksin dan terapi untuk mencegah dan mengobati infeksi virus ini. Namun, saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HTLV-1 dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi virus ini.

Siklus Hidup HTLV-1

Siklus hidup virus T-sel limfoma (HTLV-1) meliputi beberapa tahap utama, yaitu:

  1. Infeksi primer: Virus masuk ke tubuh melalui jalur peroral, pernapasan, atau melalui kontak seksual dan menempel pada sel-sel darah putih yang disebut T-helper. Virus menyusup ke dalam sel dan mengubah genom sel untuk menyebar virus ke sel-sel lain.
  2. Replikasi virus: Virus mengaktifkan enzim reverse transcriptase untuk mengkopi genomnya dari RNA menjadi DNA. DNA virus kemudian diintegrasikan ke dalam genom sel, mengubah sel menjadi sel yang menghasilkan virus.
  3. Virus baru dibuat: Sel yang terinfeksi memproduksi virus baru dan melepaskannya ke dalam darah. Virus baru ini dapat menyebar ke sel-sel lain dalam tubuh.
  4. Infeksi sekunder: Virus yang baru dibuat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kanker.
  5. Laten : Virus yang menyebar ke seluruh tubuh dapat masuk dalam fase laten , sel akan tetap hidup dan tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, virus dapat diaktifkan kembali dan menyebabkan kanker.
  6. Progresif : Virus yang telah menyebar ke seluruh tubuh dapat menyebabkan leukemia T-sel limfoma dan myeloproliferatif, yang merupakan jenis kanker yang menyebar pada sel-sel darah putih. Virus juga dapat menyebabkan infeksi pada sistem saraf, yang dikenal sebagai HTLV-1-asosiasi myelopathy/tropical spastic paraparesis (HAM/TSP).

Pemahaman Terhadap HTLV-1

HTLV-1 Virus yang menyebabkan penyakit leukimia ini termasuk dalam kelompok virus retrovirus, yang menyebar melalui sel darah putih yang disebut T-helper. Virus ini menyebar melalui sel darah putih yang menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kanker.

Setelah terinfeksi oleh HTLV-1, seseorang dapat mengalami gejala seperti infeksi yang berulang, nyeri sendi, dan demam. Namun, sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun.

Dalam beberapa kasus, virus ini dapat menyebabkan leukemia T-sel limfoma, yang merupakan jenis kanker yang menyebar pada sel-sel darah putih. Leukemia ini dapat menyebabkan gejala seperti pembengkakan kelenjar limfe, anemia, dan infeksi yang berulang. Virus ini juga dapat menyebabkan myeloproliferatif, yang merupakan jenis kanker yang menyebar pada sel-sel darah merah, trombosit, dan sel-sel darah putih.

Virus yang menyebabkan penyakit leukimia ini juga dapat menyebabkan infeksi pada sistem saraf, yang dikenal sebagai HTLV-1-asosiasi myelopathy/tropical spastic paraparesis (HAM/TSP). Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tulang belakang dan menyebabkan gejala seperti kelemahan otot, kesulitan berjalan, dan kesulitan dalam mengontrol kandung kemih dan usus.

Pencegahan terhadap HTLV-1 dapat dilakukan dengan cara menghindari hubungan seksual dengan seseorang yang diduga terinfeksi, menghindari transfusi darah yang tidak diperlukan, dan menghindari menyusui jika ibu terinfeksi. Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus ini, namun belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi.

Topik Menarik